Sejak pamanku membeli mobil, Saya tidak pernah lagi merasakan deru angin di pintu gerbong dan nikmatnya dagangan pengasong, apalagi setelah kakekku meninggal, kami sekeluarga jarang lagi pergi ke Kisaran. Saya tidak pernah naik kereta api yg di pulau jawa, ataupun daerah lain, sekarang ini hanya kereta api jurusan airport Kuala Namu yang sering Saya naik , tentu saja berbeda sekali dengan kondisi masa kecilku, cepat , nyaman dan tidak ada pedagang asongan.Â
Meskipun sering ke luar kota, tetapi lebih sering Saya membawa mobil sendiri daripada naik Kereta Api. Membaca dari beberapa media sepertinya perkeretaapian nasional sudah banyak berkembang, meskipun belum ada kereta api cepat, jadi keunggulan naik Kereta api belum begitu terlihat selain murah, kecelakaan yg terjadi juga menunjukkan belum seaman naik Pesawat terbang yang harganya sekarang tidak jauh perbedaanya lagi.
 Saya kurang tahu apakah PJKA masih disubsidi oleh Pemerintah? tetapi perbaikan  kondisi gerbong dan pelayanan yang membuat diriku ingin merasakan kembali kenangan masa kecilku itu sudah mustahil lagi sekarang,Puluhan tahun sudah berlalu  dan terlihat perkembangan Perkeretaapian nasional jauh bagus , stasiun KA  juga bagus dan megah juga, sayang sekali sebenarnya Stasiun lama kota Medan yg memiliki jam Gadang nya diganti dengan bangunan beton yg kunilai jelek sekali yah , gedung baru, tetapi nilai estetikanya rendah dibandingkan dengan desain stasiun dulu. Saat mobil Saya berhenti di perlintasan Kereta Api,
Kenangan indah masa kecilku saat berlarian dalam Gerbong sering muncul kembali disaat kulihat  lokomotif yang menarik gerbong -gerbong dengan cat yang mengkilap dan kaca Biru yang tertutup semua, juga pintu2 gerbong dalam keadaan tertutup sudah, hanya saja kalaupun terbuka, tidak akan saya ulangi lagi sekarang berdiri di pintu dan pipis dari sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H