Prabowo Subianto mengatakan bahwa main saham itu seperti judi.
Orang kecil (rakyat) kalau beli saham bisa rugi.
Lebih lanjut Presiden RI tersebut menceritakan temannya yang stres karena selalu melihat fluktuasi harga saham di TV.
Prabowo Rabu (4/12/2024) di Kupang, NTT, dalam acara Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah, mengungkapkan orang kecil (rakyat) itu rugi jika main saham.
Prabowo menceritakan temannya yang stres karena melihat perkembangan harga.
Beliau sendiri menyatakan dirinya tak punya portofolio tersebut.
Prabowo menanggapi pernyataan para pemain saham sebelumnya yang mengatakan IHSG menurun akibat adanya program Makan Bergizi Gratis.
Pernyataan di atas seolah-olah menyiratkan jika Prabowo sakit hati atas pernyataan para pemegang saham itu, dan balik membalas.
Apa tanggapan BEI?
Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan BEI (Bursa Efek Indonesia) mengatakan pihaknya sepakat dengan apa yang disampaikan kepala negara bahwa investor harus berhati-hati mengambil keputusan.
Bagi awam mungkin muncul pertanyaan dalam hatinya, mengapa kok Pak Prabowo mengatakan demikian, dan apa itu investasi saham?
Kok seperti maysir (judi)?
Mari kita simak.
Ada dua keuntungan yang diraih oleh seorang investor dari transaksi pembelian saham.
Kedua harapan tersebut adalah mendapatkan selisih capital gain dan dividen yang dibagikan emiten.
Jika saham BERC misalnya harganya yang dibeli Rp 5.200 per 1 lembar (minimal 1 lot pembelian).
Namun harga saham ini berfluktuasi tergantung kondisi emiten yang menerbitkan saham itu, kondisi politik dalam dan luar negeri, dan kondisi lainnya.
Jika suatu saat harga BERC naik ke Rp 5.400 misalnya, maka pemegang saham akan mendapatkan capital gain Rp 200 per lembar saham.
Jika investor itu menjual 95 lot (9.500 lembar) maka dia akan mendapatkan capital gain sebesar Rp 381.700 (95 x 100 Rp 200)
Sebaliknya jika BERC jatuh, maka si investor akan rugi jika menjualnya.
Jika harga BERC terus turun maka tentu investor akan rugi lebih besar jika berhasil menjualnya.
Bahkan sering terjadi perusahaan yang menerbitkan saham itu mengalami masalah bahkan bangkrut, maka si investor harus siap-siap menelan ludah.
Oleh karenanya tepat apa yang dikatakan oleh Jeffrey Hendrik di atas bahwa seorang investor harus punya insting yang tajam dalam memutuskan untuk membeli, memilih, atau saatnya menjual saham dengan membaca kondisi yang dapat mempengaruhi.
Sembari memperhitungkan juga kemungkinan emiten membagikan dividen kepada para pemegang saham itu.
Sebagai pemula dalam kiat berinvestasi sebaiknya pilih dulu investasi yang berisiko aman.
Seperti reksadana, SBN (Surat Berharga Negara), SUN (Surat Utang Negara), atau deposito.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H