Milenial jaman kini, mampukah kalian membayangkan fungsi radio di masa-masa sebelum dan sesudah proklamasi kemerdekaan RI sampai tiga dasawarsa setelahnya?
Hari ini, 11 September 2024 adalah Hari Radio Nasional.
Ada sejarahnya mengapa hari yang disebut juga dengan Hari Radio Republik Indonesia (RRI) itu ditetapkan dan diperingati setiap tanggal 11 September setiap tahunnya.
Pada masa-masa persiapan sebelum proklamasi RI atau pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) radio memegang peranan sangat penting untuk berkomunikasi antar pemerintah dengan rakyatnya, bahkan antar rakyat sendiri.
Oleh Jepang.
Kendati mungkin ada propaganda yang menghasut, membohongi, atau membodoh-bodohi rakyat.
Namun diluar itu radio pada saat itu sangat krusial untuk saling berkomunikasi, memberikan informasi, terlebih untuk mengabarkan proklamasi yang dicanangkan Dwitunggal Soekarno-Hatta bahwa kita sudah merdeka!
Sebelum RRI didirikan pada 11 September 1945 maka Dai Nippon pada waktu itu sudah punya lebih dahulu siaran radio yang dinamakan Hoso Kyoku.
Hoso Kyoku lantas kemudian dihentikan pada tanggal 19 Agustus 1945 atau dua hari setelah proklamasi. Dapat dimaklumi karena Indonesia sudah merdeka.
Untuk daruratnya, pada waktu didirikannya, Jepang memberikan pemancar-pemancar yang bekas dipakai Hoso Kyoku kepada RRI, dimana Abdulrahman Saleh terpilih sebagai ketua RRI yang pertama pada waktu itu.
Radio-radio luar negeri pada masa-masa awal setelah kemerdekaan menggembar-gemborkan kepada dunia bahwa bahwa tentara Inggris yang mengatasnamakan dirinya sekutu akan datang ke Indonesia dan menduduki Sumatera dan Jawa.
Sekutu juga dikabarkan bakal melucuti tentara Dai Nippon dan menjaga keamanan sampai Belanda merebut kembali kekuasaannya atas Indonesia.
Setelah sampah-sampah kemelut kolonialisme dibersihkan paska kemerdekaan dan dengan demikian kondisi Indonesia sudah relatif lebih bebas, radio mulai membuat siaran lainnya seperti musik.
Musik sebagai hiburan rakyat.
Setelah berita, hiburan, RRI juga mulai merambah siaran langsung olahraga.
Pada waktu itu persepakbolaan Indonesia dikenal sebagai "Macan Asia" dimana RRI kerap menyiarkan reportase siaran langsung laga-laga dimana khususnya Timnas Indonesia main.
Pada tahun 1970, RRI juga menyiarkan kabar tentang kematian Pemimpin Besar Revolusi Soekarno yang wafat pada sekitar jam 10 siang.
RRI juga tentunya telah melewati masa-masa paling kelam dalam sejarah yaitu pengkhianatan G30S PKI.
Kini milenial sudah hidup di abad ke-21.
Apakah mereka mencintai radio?
Radio masa kini yang dikenal milenial mungkin tentunya radio yang lebih modern.
Bisa didengarkan lewat HP, pemutar MP3, atau di dalam mobil.
Naik atau mengendarai mobil sembari mendengarkan radio serta mendengarkan lagu tentunya memiliki keasyikan tersendiri.
Kemajuan jaman dan teknologi seiring dengan itu maka semakin banyak pula stasiun radio yang berdiri. Bahkan bisa dengan jelas menangkap siaran radio dari stasiun luar negeri seluruh dunia.
Ibaratnya kita mengenang jasa para pahlawan yang telah memberikan kemerdekaan bangsa, maka milenial jaman kini juga layak "mengheningkan cipta" mengenang sejarah lahirnya RRI.
Selamat Hari Radio Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H