Faisal Basri meninggal dunia pada Kamis (9/5/2024) pada usia 65 tahun di Rumah Sakit Husada, Kuningan, Jakarta.
Ekonom seniorTak pelak kepergian sosok yang dikenal juga sebagai seorang politisi itu menimbulkan duka yang mendalam bagi sang pejuang ekonomi.
Begitu pun dari para pembesar negeri yang akrab dengan beliau.
Padahal sejatinya Faisal Basri dikenang sebagai seorang kritisi yang mengkritik kebijakan pemerintah di bidang ekonomi yang merugikan rakyat, bangsa, dan negara.
Teringat sang pejuang ekonomi, teringat kondisi dua peristiwa di bidang ekonomi yang kini sedang tren, dan berkaitan?
Ramai kini di pemberitaan, jumlah kelas menengah Indonesia mengalami penurunan.
Jika digolongkan kedalam kelas-kelas ekonomi, maka akan ada nantinya setidaknya tiga golongan. Bukan untuk mengkotak-kotakkan masyarakat.
Namun untuk statistik dan informasi yang dapat digunakan untuk penyusunan rencana pemerintah mengambil kebijakan.
Ketiga golongan masyarakat tersebut adalah kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas.
Kategori "middle class" di Indonesia menurut World Bank adalah mereka yang pengeluarannya per bulan antara Rp 1,2-6 juta per kapita.
Kelas bawah adalah mereka yang pengeluarannya Rp 354-532 ribu per bulan per kapita.
Lalu yang di tengah-tengah itu kelas apa?
Ternyata itu kelompok menuju kelas menengah (pengeluaran Rp 532 ribu-1,2 juta per bulan per kapita).
Penurunan kelas menengah itu sudah terjadi selama 5 tahun terakhir.
Penurunan disini bukan berarti mereka naik ke kelas atas, tapi menurun ke kategori kelas menuju menengah, bahkan ke kelas bawah.
Lalu pada awal September 2024 muncul rilis dari BPS (Biro Pusat Statistik) terjadi deflasi sebesar 0,03 persen pada bulan Agustus.
Termasuk bulan kemerdekaan itu, sudah empat bulan secara berturut-turut terjadi deflasi di negeri ini.
Sejumlah pengamat curiga dan mengaitkan penyebab deflasi beruntun itu disebabkan karena fenomena lain yang disebutkan tadi yaitu penurunan kelas menengah.
Dapat disimpulkan pengkategorian kelas berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan seperti yang disebutkan di atas mereka dianggap mampu mengeluarkan uang sejumlah itu untuk berbagai keperluan.
Berapa penghasilan mereka?
Jika yang pengeluaran mereka Rp 1-6 juta per bulan per kapita maka setidaknya penghasilan mereka per bulan Rp 9 juta, memang tidak menentu.
Pos-pos apa saja uang yang dikeluarkan itu?
Apakah biaya makan dan minum, beli pakaian, bayar pajak, listrik, internet, pulsa, bensin, biaya istri atau anak, dan sebagainya.
Mereka yang sadar literasi, setidaknya mereka akan menyisihkan sisa uang yang dibelanjakan itu untuk keperluan lainnya misalnya ditabung atau investasi.
Bisa jadi pengeluaran di bulan-bulan berikutnya akan lebih besar, misalnya biaya untuk berobat jika sakit, untuk biaya Ramadhan dan Lebaran, dan sebagainya.
Sebagian ekonom lainnya berpendapat deflasi empat bulan beruntun itu bukan disebabkan karena melemahnya daya beli masyarakat, tapi karena subsidi dari pemerintah yang menekan bahan-bahan awal yang dihasilkan petani, seperti hortikultura, dan sebagainya.
Apabila Faisal Basri masih ada, tentunya sangat menarik apa yang dianalisa beliau dan apa kritik atau sarannya agar jumlah kelas menengah di Indonesia tidak semakin turun.
Selamat jalan Faisal Basri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H