Saya terheran-heran ketika kemarin Kompasiana memblokir akun.
Jika melakukan 5 kali pelanggaran maka akun akan diblokir.
Sejauh ini saya tahu saya sudah melakukan pelanggaran sebanyak empat kali. Semuanya menurut Kompasiana kutipan artikel saya melebihi 25 persen.
Entah bagaimana kalkulasinya, kata-kata atau kumpulan kalimat apa yang dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran, Kompasiana mungkin ada regulasinya tersendiri.
Artikel yang melanggar akan dihapus dari peredaran.
Tapi kemarin saya membuat dua artikel dan saya lihat kedua-duanya tidak dihapus. Itu berarti tidak ada pelanggaran.
Mungkin artikel kemarinnya lagi.
Saya lihat juga masih ada.
Mungkin artikel sebelumnya, merunut terus ke belakang sampai 12 artikel, tidak ada juga yang dihapus. Berarti tidak melanggar.
Ini yang membuat saya heran mengapa diblokir.
Menyadari tinggal satu pelanggaran lagi, maka usaha keras pun saya lakukan dengan berhati-hati berdasarkan pengalaman agar tidak ada satu lagi artikel yang melanggar.
Sudah lama berhasil.
Bukan tak ada kekhawatiran jika tiba-tiba saya melakukan satu pelanggaran lagi, maka akun saya akan diblokir. Hal tersebut akan menjadi sebuah mimpi buruk.
Apa yang dikhawatirkan selama ini kemarin benar-benar menjadi kenyataan. Namun saya tidak menemukan jawaban mengapa demikian. Artikel yang dirunut tidak ada satu pun yang dihapus.
Ya realitas saya harus membuat akun yang baru.
Diblokir memang bukan bermakna segalanya.
Masalah kehidupan ini sangat banyak, bahkan berat-berat.
Tak mau hengkang begitu saja dari Kompasiana, maka saya harus memulai lagi membangun puing-puing "tsunami"
Ya apa boleh buat harus mulai dari nol lagi membangun porak poranda.
Menulis apalagi hobby bermanfaat untuk melatih otak agar otak kita selagi muda atau tua tetap terpelihara dan tidak pikun.
Manfaat menulis juga bisa membuat tidur nyenyak.
Cucu dari seorang dokter di Jepang (96 tahun) menceritakan salah satu kebiasaan kakeknya adalah menulis di blog pribadinya. Jadi menulis juga bisa panjang umur.
Menulis juga curhat, apa yang menjadi unek-unek diungkapkan dalam tulisan dapat meringankan perasaan secara psikologis.
Curhat yang berkepanjangan?
Ungkapkan yang menjadi unek-unek dalam semua bentuk, tulisan kita akan dibaca oleh yang lain.
Lepas dari tulisan saya diberi label apalagi Artikel Utama, itu sangat sulit dijangkau oleh saya. Namun saya ingin terus "menyanyi", seperti apa yang dikatakan Koes Plus dalam salah satu lagunya.
Mimpi buruk itu sudah terjadi, nampaknya Tuhan "menggolkan" kekhawatiran saya, dan saya harus mulai dari nol lagi membangun puing-puing "tsunami"
Entah sampai kapan. Nulis aja dulu lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H