Mohon tunggu...
Rudy
Rudy Mohon Tunggu... Lainnya - Don't cry
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Move on

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bangga, Gado-gado Masuk 50 Salad Terbaik Dunia, Ini Sejarahnya

10 Mei 2024   13:33 Diperbarui: 10 Mei 2024   15:11 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gado-gado (food.detik.com)

Boleh bangga, rilisan terbaru TasteAtlas, Kamis (9/5/2024) menempatkan tiga salad asal Indonesia masing-masing Pecel, Ketoprak, dan Gado-gado sebagai salah satu dari 50 salad terbaik dunia.

Pecel yang terdiri rempah-rempah dan kuah saus kacang tanah berada di urutan 16 dengan rating 4.2.

Sedangkan Ketoprak yang berasal dari Cirebon berada di urutan ke-27 dengan rating 4.1.

Sementara gado-gado yang diklaim masakan khas Betawi berada di urutan ke-35 dengan rating 4.0.

Rating 5.0 merupakan rating tertinggi yang menandakan makanan itu.

Setiap beberapa waktu sekali TasteAtlas, situs yang berbasis di Zagreb, Kroasia, ini menyajikan makanan yang memiliki rating tentang makanan, penelitian bahan dan hidangan populer. 

Didirikan sejak tahun 2018 TasteAtlas merupakan guide online untuk makanan tradisional dari seluruh dunia.

Adapun pada Desember 2023 gado-gado berada di urutan ke-14 makanan terenak di dunia dengan rating 4.1 dari 5.

Sejarah gado-gado

Pernah dengar lirik lagu ini

Gado-gado nya Bung... dari Jakarta...

Makanan yang terdiri dari sayur-sayuran (kacang panjang, labu, taoge, kol) dengan dibumbui saos kacang tanah itu memang berasal dari Jakarta.

Namun kini bukan hanya tersebar di "mantan ibukota RI" tersebut, gado-gado sudah menyebar ke pelosok Indonesia.

Banyak ditemui di pinggir jalan maupun di mall-mall.

Anda salah satu penyuka salad ini?

Gado-gado ditemukan pertama kalinya pada masa Sultan Agung dari Kesultanan Mataram ketika menyerbu Batavia pada abad ke-17 (1628-1629).

Para prajurit Sultan Agung pada saat itu kehabisan bahan makanan termasuk beras. Yang mana pada akhirnya mereka membuat saos dari kacang tanah.

Saos itu kemudian disiramkan ke aneka sayuran mentah yang tumbuh di persawahan.

Kata gado-gado ini berasal dari bahasa Jawa (juga Sunda), gado yang artinya makan lauk-pauknya saja (tanpa nasi).

Ngagado dalam bahasa Sunda artinya makan tanpa nasi.

Seiring penyerbuan ke Batavia itu, para prajurit Kesultanan Mataram tersebut membawa makanan itu ke wilayah Batavia (Jakarta sekarang).

Gado-gado kini sudah lebih bervariatif.

Selain sayur-sayuran, juga ditambahkan tempe, tahu, telur rebus, juga lontong.

Ditambah dengan cabe merah atau rawit dan kerupuk membuat gado-gado terasa renyah dan kriuk-kriuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun