Bunga Bank sekarang kecil sekali. Uang kita di Bank bukannya bertambah malah rugi...," begitu percakapan saya dengan teman.
"Payah...Percakapan itu terjadi sekitar tahun 2022 pada masa bunga Bank bahkan ada yang hanya 0 persen, alias tidak diberikan bunga sama sekali.
Sepertinya Anda masih ingat pada pemberitaan pada waktu itu, bunga simpanan 0 persen?
Sejumlah Bank membuat peraturan untuk simpanan tabungan hingga Rp 1 juta tidak diberikan bunga.
Untuk saldo di atas Rp 1 juta hingga jumlah tertentu (Rp 50 juta) diberikan bunga 1,25 persen.
Rp 50 juta hingga Rp 200 juta, bunganya 2,78 persen per tahun. Dan seterusnya.
Jika seorang nasabah mempunyai saldo tabungan sebesar Rp 100.000.000 misalnya, apakah si nasabah memiliki keuntungan dari bunga?
Belum tentu.
Karena selain Bank memberikan bunga, maka lembaga keuangan itu juga membebani nasabahnya dengan biaya administrasi, ditambah biaya ATM dan lainnya. Dan pajak 20%.
Malah rugi.
Bila saldo Rp 100 juta berarti bunga yang diperoleh per tahun (2%) adalah Rp 160.000 setelah dikurangi pajak.
Jika biaya administrasi atau kartu ATM sebulan misalnya Rp 20.000. Maka dalam setahun jumlahnya Rp 240.000.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tidak melarang Bank memberikan bunga yang 0 persen atau kecil, dengan alasan tertentu.
Apakah ada jalan keluar atau alternatif lain untuk menyikapi bunga 0 persen itu?
Sejumlah pakar keuangan menyarankan agar kita untuk berinvestasi di portofolio lainnya.
Bisa dengan investasi emas atau Reksadana.
Reksadana adalah paket yang dikelola oleh MI (Manajer Investasi).
Reksadana ini bisa berupa pasar uang, obligasi, saham, syariah, dan campuran.
Diurutkan dari yang pertama disebut, pasar uang ini berisiko rendah namun lebih tinggi dari deposito.
Obligasi memiliki return yang stabil dengan risiko moderat.
Saham memiliki risiko yang lebih tinggi. High risk, high return.
Syariah merupakan Reksadana yang menganut prinsip syariah Islam.
Sedangkan Reksadana campuran merupakan gabungan dari beberapa efek (saham, pasar uang, obligasi, syariah).
Jika pemula, maka investasi di Reksadana merupakan langkah yang tepat Anda memulai investasi untuk mempersiapkan masa depan.
Kurangnya pengalaman serta pemahaman menjadi sebab mengapa Reksadana menjadi instrumen yang tepat bagi investor pemula.
Jika sudah beberapa bulan atau cukup lama di Reksadana maka pemikiran seseorang akan bertambah kaya dan mulai melirik kepada "main saham"
Pemula saham juga jangan sembarangan. Harus berhati-hati dalam memilih saham.
Saya juga belum berpengalaman penuh di saham ini. Belum mencapai empat bulan investasi di sini.
Enaknya "main saham" adalah high return. Namun juga disertai dengan high risk.
Investor pemula sering membeli saham begitu saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi pada nasib saham ini ke depannya.
Bila membeli saham itu apalagi dalam jumlah yang besar, kerugian akan terjadi jika harga saham ini turun.
Strategi harus dilakukan untuk meraih keuntungan.
Jika harga saham sedang turun misalnya, maka saatnya membeli dengan harapan harga saham ini bakalan naik nantinya.
Seperti diketahui keuntungan dari memiliki saham adalah selain dari capital gain (selisih antara harga beli dan harga jual), juga dari dividen yang dibagikan perusahaan emiten.
Investor pemula juga harus punya strategi lainnya, bersabar.
Jika satu atau beberapa saham yang kita miliki itu sedang turun harganya, jangan cepat-cepat menjualnya.Â
Tahan dulu. Karena investasi di saham ini bukan hanya dalam jangka waktu yang pendek, namun bisa juga beberapa bulan atau setahunan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H