Satu pria memiliki lebih dari satu kekasih. Ini yang menjadi penderitaan dan masalah cinta bagi si wanita.
Midua bermakna membagi atau menjadikan dua.
Disebut Kampung Miduana karena tempat ini terletak di antara dua sungai, yaitu Sungai Cipandak Girang dan Cipandak Hilir.
Pada awalnya, kampung yang terletak tak jauh dari perbatasan dengan Kabupaten Bandung itu dijuluki Joglo Alas Roban yang dipimpin oleh Eyang Jiwa Sadana dengan 9 kepala keluarga.
Mereka kemudian beranak cicit yang hingga kini masih memegang teguh pikukuh karuhun asli Pajajaran, dengan segala aturannya.
Sesepuh Kampung Adat Miduana (terletak di Desa Balegede) mengatakan kampung dan masyarakat di sana tak lepas dari dua kembar Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti, yang keduanya merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran yang mencari lokasi pemukiman untuk menghindari kemelut Kerajaan Sunda.
Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti berhasil mendirikan tempat perjumpaan dari berbagai wilayah yang lantas menjadi dasar penamaan Balegede.
"Bale" dalam bahasa Sunda artinya balai. Sedangkan "Gede" artinya besar.
Jadi Balegede adalah tempat perjumpaan besar.
Tradisi dan kebiasaan masyarakat sejak dahulu masih bisa dilihat jejaknya hingga kini.
Seperti Oplatasan Mulud, Mandi Kahuripan, Lanjaran Tatali Paranti, dan sebagainya.