Ini pertanyaan yang muncul pertama kali ketika saya menghubungi operator Bank.
Peristiwa ini terjadi pada saat liburan panjang Lebaran 1444 H (2023) yang lalu.Â
Di saat cuti panjang itu di daerah saya, saya ingin menarik uang di ATM.
Ketika memasukkan kartu ke mesin lalu muncul di layar "PIN yang Anda masukkan salah".
Saya coba lagi yang kedua. Salah juga.
Coba lagi yang ketiga juga salah.
Ya jadinya kartu terblokir.
Informasi yang didapatkan dari Google menyarankan agar saya menghubungi operator Bank yang bersangkutan.
Jika masih ingat PIN nya maka dalam waktu yang tidak lama kartu dapat diaktifkan lagi. Jika sudah tidak ingat maka harus datang ke kantor Bank.
Pertanyaan pertama yang muncul setelah menghubungi operator Bank lewat telepon adalah "nama ibu kandung?"Â
"Masih ingat nomor PIN?"
"Masih," jawab saya.
"Oke, saya akan aktifkan lagi kartu Anda," kata operator. "Dalam waktu satu hari dari sekarang boleh dicoba," lanjut sang operator.
Pertanyaan "nama ibu kandung?" ini merupakan sandi keamanan agar kartu ATM kita tidak disalahgunakan orang lain.
Seperti sudah pada lazimnya setiap kita membuka rekening maka Bank akan memberikan formulir dulu untuk diisi dengan salah satunya menuliskan nama ibu kandung.
Mengapa demikian?
Ditanyakan nama ibu kandung untuk verifikasi nantinya karena setiap orang seharusnya ingat kepada sosok yang sudah melahirkan kita.
Nama gadis ibu kandung ini hanya diketahui oleh keluarga dekat saja kendati banyak ditambahkan di belakangnya dengan nama suami atau ayah.
Misalnya Mira Soekamto, Liliana Sudibyo, dan sebagainya.
Dengan demikian jika produk keuangan itu jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggungjawab maka orang tersebut tidak dapat menyebutkan nama ibu kandung.
Banyak orang dilahirkan ke dunia ini dengan tidak mengetahui nama ayahnya.
Sehingga pertanyaan ibu kandung sebagai sandi keamanan sangat tepat.
Seperti di negara-negara tertentu sudah biasa seseorang tidak mempunyai ayah.
Coba perhatikan, setiap kita diminta mengisi formulir yang ditanyakan adalah nama ayah. Tidak banyak yang meminta nama ibu.
Sehingga keberadaan nama ibu kandung lebih aman, tidak semua orang tahu nama ibu kandung pemilik rekening Bank.
Dalam beberapa tradisi nama ayah banyak digunakan sebagai nama belakang.
Dengan demikian nama ayah mudah ditebak. Misalnya Benny Panjaitan atau Rully Malaiholo, dan sebagainya.
Seperti sudah kita ketahui banyak wanita yang sudah menikah lantas menambahkan nama suami di belakangnya. Seperti Sinta Sudarno, Lia Widodo, dan sebagainya.
Sehingga namanya menjadi ibu Sudarno, ibu Widodo, dan sebagainya.
Selain itu nama ibu biasanya tidak tercantum di dokumen manapun, kecuali KK.
Sedangkan nama ayah secara tidak sadar tersebar dimana-mana. Misalnya di kolom nama orangtua/wali, ijazah sekolah, dan sebagainya.
Di kolom itu selalu tertulis ayah atau pihak laki-laki, bukan pihak wanita.
Dengan demikian metode "nama ibu kandung?" cukup efektif dimana hanya keluarga terdekat saja yang mengetahui nama ibu sehingga bisa meminimalisir tindakan pembobolan atau penipuan Bank.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H