Mohon tunggu...
Rudra Aksana
Rudra Aksana Mohon Tunggu... -

Cepat seperti angin // Tekun seperti hujan // Bergairah seperti api // Diam seperti gunung // Misterius seperti laut // Kejam seperti badai // Anggun seperti ngarai // Hening seperti hutan // Dalam seperti lembah // Lembut seperti awan // Tangguh seperti karang // Sederhana seperti debu // Menyelimuti seperti udara // Hangat seperti matahari // Luas seperti angkasa // Berserakan seperti abu //..........................\r\n............................\r\n............................\r\n\r\nIstriku... aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...\r\n\r\n....................................................\r\nIstriku... aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada...................................................\r\n\r\n~Sapardi Djoko Darmono~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melinda Dee KW 9 Melecehkanku (Lagi dan Lagi, True Story)

4 Mei 2011   00:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:06 4928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_107026" align="alignleft" width="152" caption="Ilustrasi : Google; Mirip inilah penampakan Melinda Dee KW 9"][/caption]

Pagi ini untuk yang ketiga kalinya aku mengalami pelecehan seksual oleh wanita yang sama di tempat yang sama yaitu di Stasiun Kereta Api Sudirman Jakarta. Selama ini sering kali kita mendengar atau membaca berita di media massa bahwa banyak terjadi pelecehan seksual di angkutan umum seperti Bus Way, Kereta Rel Listrik (KRL) maupun Kopaja atau Metromini, dan yang menjadi korban kebanyakan adalah wanita, namun dalam tulisan berikut ini Rudra Aksana ingin menunjukkan bahwa pelecehan seksual tidak hanya menjadi domain wanita sebagai korbannya atau pria sebagai pelakunya. Selamat membaca…..!!

Seperti biasa setiap berangkat ke kantor di Jakarta aku sering menggunakan KRL Bekasi Ekspress dari tempat tinggalku di Bekasi dengan pertimbangan karena cepat, cukup nyaman dan yang pasti bebas macet sehingga KRL menjadi pilihan utama dari pada menggunakan bis atau motor, untuk mobil jarang sekali kugunakan karena kantorku berada di kawasan 3 in 1 sehingga paling tidak harus pulang kantor di atas jam 7 malam dan yang pasti tol arah ke Cawang hampir dipastikan selalu padat.






[caption id="attachment_107027" align="alignright" width="150" caption="Ilustrasi : Google; Suasana di dalam KRL pada jam2 sibuk"][/caption]

Kembali ke cerita awal, pelecehan yang kualami terjadi sejak di KRL dalam perjalanan menuju Jakarta. Meskipun KRL Bekasi Ekspress penumpangnya tidak sepadat KRL Ekonomi AC, namun pada jam kerja tetap saja penuh dan hampir bisa dipastikan aku tidak mendapat tempat duduk sehingga harus berdiri bergelantungan dengan posisi berhadapan dengan penumpang yang duduk karena jika berdiri dekat pintu penuh sesak dan ada copetnya (katanya). Yang kurasakan beberapa kali ibu-ibu yang berjalan melintas di belakangku dengan sengaja atau tanpa sengaja membenturkan “dada”nya ke tubuhku, kadang tersenggol siku atau bahu padahal kuperhatikan di belakangku masih cukup ruang untuk melintas dengan nyaman. Pernah juga suatu waktu sedang duduk di metromini yg lagi padet bgt, nah ada cewek berdiri hadap ke arahku dan yang membuat aku ga jadi ngantuk, "bukit kembarnya"  nyenggol2 terus di kepalaku, bahkan pas ngerem mendadak malah kena hidung, akhirnya karena ga tahan (ga bisa nafas dan takut terjadi letusan gunung merapi, he3x) kusuruh duduk deh mbaknya, bukan dipangku loh (jangan pada berfikiran jorok ya hi3x), gantian aku yg berdiri, risih juga sih rasanya... (sok gentle). Untuk kasus semacam ini kuanggap bukan suatu kesengajaan.

[caption id="attachment_107028" align="alignleft" width="150" caption="Ilustrasi : Google; Suasana antrian turun dari KRL menuju eskalator"][/caption]

Melinda Dee nya mana? He3x… sabar ya.. nah berikut ceritanya sodara2:

Jadi begini...pagi tadi ketika turun dari KRL di Stasiun Sudirman Jakarta mulailah aku bersama penumpang yang lain berjalan menuju tangga escalator untuk menuju ke pintu keluar. Nah sebagai gambaran ratusan orang dalam waktu bersamaan menuju arah yang sama melalui jalan yang sempit untuk menaiki tangga eskalator sehingga sangat padat merayap. Mulailah kurasakan ada dua benda kenyal yang rasanya cukup kukenal, yang dapat memancarkan energi ion positif, menempel erat di punggungku, bahkan agak terkesan didorong-dorong. Coba kulirik ke belakang ya… ternyata dia lagi, seorang wanita kira2 berumur 35-40an yang “mirip” Melinda Dee (ya… Cuma sedikit beda di wajah karena belum “dipermak” eperasi plastik namun untuk urusan “asset”nya ga kalah gedenya, sory orangnya ga sempet kufoto buat barang bukti) dengan muka cuek dan ga merasa risih/bersalah sengaja menempelkan dadanya ke punggungku. Tidak ada sedikitpun upaya untuk melindungi asetnya yang sangat berharga itu dengan tangan/tas ketika berdesakan. Dan kejadian ini bukan yang pertama melainkan untuk yang ketiga kalinya dilakukannya. Apa perlu aku lapor ke polisi atau petugas satpam stasiun ya? Hmm… sudahlah biarin aja toh aku tidak dirugikan sedikitpun (apa bisa disebut diuntungkan? He3x) dan yang pasti si mbak Melinda Dee KW 9 ini merasa senang. Sesampainya di kantor yang kulakukan pertama kali adalah ke toilet, melihat ke cermin untuk nge-cek apakah ada dua lubang besar di pungungku setelah menerima beban yang teramat berat tadi? Wkwwkkwk..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun