Mohon tunggu...
Rudi Darma
Rudi Darma Mohon Tunggu... Administrasi - pemuda senang berkarya

pemuda yang menjadi dirinya di kampung halaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Wajib Teladani Sikap dan Sifat Nabi

30 September 2023   03:38 Diperbarui: 30 September 2023   04:09 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelahiran Nabi Muhammad pada 12 Rabiul Awal pada Tahun Gajah adalah peristiwa penting yang  memuat berbagai hikmah. Peristiwa ini tidak hanya layak disyukuri oleh seluruh umat islam, tapi juga sangat penting bagi peradaban manusia secara umum.

Kenapa ?

Sebelum zaman Nabi, masyarakat Arab dan masyarakat umumnya di dunia hidup dalam kekacauan, saling bermusuhan dan ketidak teraturan. Ketidakteraturan itu ada baik dari aspek sosial, moral maupun spiritual. Bisa dikatakan bahwa itulah masa jahiliyah.

Masa jahiliyah atau kegelapan penuh dengan hal-hal yang berbau fanatisme kesukuan yang kontraproduktif. Bumi dan masyarakat dunia penuh dengan hal yang bersifat destruktif , sehingga sulit maju. Karena fanatisme, satu sama lain juga suka menebar kebencian. Padahal hal-hal yang bersifat penebar kebencian sangat berdampak buruk pada masyarakat. Salah satunya ditunjukkan oleh sosok Abrahah. Kelahiran Sang Nabi kemudian menjadi simbol pembersihan dari kebiadaban pasukan Abrahah yang ingin menghancurkan Ka'bah yang notabene adalah ritus suci dan aset historis umat beragama di Makkah.

Meski awalnya masyarakat Makkah begitu keras kepala dan kejam kepada beliau, beliau selalu sabar meskipun beliau mengaku bahwa agak sulit baginya waktu itu untuk mengambil istirahat dengan nyenyak. Sampai akhirnya beliau berada di titik nadir syiarnya dan memutuskan untuk hijrah ke madinah. Di madinah beliau berhasil mengelola kota dan masyarkatnya melalui aturan yang beliau buat. 

Di sana orang yang berbeda sekalipun harus tunduk pada aturan itu (apalagi dia seorang muslim) sehingga muslim di sana adalah muslim kaffah, karena dia hidup dalam kebinekaan, tidak semena-mena terhadap orang lain atas nama kaum mayoritas. Tidak adalagi ujaran kebencian yang destruktif, dll.

Kelahiran Nabi membawa ajaran Islam Kaffah yang menghapuskan ortodoksi, ketidakadilan, dan anti kemanusiaan. Muslim yang kaffah adalah individu yang tidak hanya menjalankan ritual ibadah, tetapi juga menjalani hidup dengan moralitas yang tinggi, mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupan. Tanpa kelahiran Sang Nabi, dunia mungkin akan menyaksikan 'abrahah-abrahah' lain yang merusak, membunuh, dan anti kemanusiaan.

Karena itu, kelahiran Sang Nabi layak dirayakan. Di Indonesia, perayaan itu diperingati dengan berbagai cara, termasuk dalam bentuk akulturasi budaya antara Islam dengan tradisi lokal seperti aneka ritual Maulud atau mulud-an yang bisa kita saksikan di seluruh pelosok Indonesia. Peringatan ini merupakan ekspresi kecintaan umat kepada sosok Nabi Muhammad yang begitu besar.

Namun, tentu masih ada sekelompok orang yang gemar membid'ahkan peringatan ini karena dianggap bukan ajaran Nabi. Mereka mengklaim peringatan Maulid Nabi sebagai bentuk kemungkaran, kekufuran, bahkan sesat. Padahal, term 'sesat' menyimpan konsekuensi idelogis yang sangat serius.

Di sinilah sebenarnya ujian sebagai muslim itu muncul. Muslim yang kaffah tak mungkin bisa mengatasnamakan mayoritas untuk menindas minoritas. Atau melakukan ujaran kebencian hanya karena berbeda. Karena itu kita layak untuk selalu mengingat Nabi Muhammad dan karya bsarnya dengan selalu meneladai sikap dan sifatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun