Dalam sejarah Indonesia, konsep musyawarah sudah dikenal ketika pemuda Soekarno berusaha berdialog denga pihk Jepang untuk melakukan kemerdekaan bangsa Indoensia. Waktu itu Soekarno tidak mau mengambil jalan perang karena tahu bahwa jika melakukannya, Indoensia akan kalah. Langkah yang diambil Soekarno ini terbukti ampuh.
Hasil dialog atau musyawarah itu kemudian Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang kemudian berubah menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk setelah Jepang dihujani bom atom oleh sekutu. Sejak itu persiapan-persiapan Indonesia untuk menyongsong kemerdekaan kian gegap disuarakan.
Dalam mempersiapkan kemerdekaan ini juga, para pemuda dibawah Soekarno melakukan dialog dan musyawarahdengan para pemuda lain yang berasal dari suku , golongan yang sama. Mereka berembug, bermusyawarah untuk mewujudkan cita-cita mereka selama ini yaitu membentuk negara Indonesia.
Budaya musyawarah tidak berhenti di era Soekarno saja. Setelah kemerdekaan Indonesia, terwujud, Soekarno yang bersama Moehammad Hatta, membentuk lembaga negara yang berbasis musyawarah untuk mencari jawaban atas suara atau keluhan rakyat. Kemudian terbentuklah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Lembaga ini ada untuk memproses kehendak dari rakyat yang akan dikomunikasikan kepada pemerintah. Lembaga ini juga diharapkan bisa menjembatani gab yang disebabkan oleh SARA, serta membuat kebijakan-kebjakan yang bisa membuat rakyat sejahtera.
Musyawarah dipilih sebagai jalan terbaik karena rasa kebersamaan yang kuat dari nyaris semua komponen masyawakat. Dari rasa kekeluargaan atau kebersamaan ini muncul ide bahwa menyatukan semua elemen adalah penting. Suara semua komponen itu ditampung dalam satu forum dan memutuskan sesuatu. Itulah yang kita sebut musyawarah.
Musyawarah menganggap semua komponen itu equal (sama) dan berhak untuk berpendapat. Tidak ada dalam kamus musyawarah untuk mencapai mufakat satu pihak merasa lebih tinggi dibanding pihak lain. Perbedaan sosial ekonomi, perbedaan asal suku, budaya dan bahkan bahasa tidak akan menjadi kendala besar dalam musyawarah. Karena hakekat musyawarah adalah mencari solusi untuk kebaikan bersama. Selain untuk mencapai keputusan msyawarah juga efektif untuk mempererat tali persaudaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H