Mohon tunggu...
Rudiyana
Rudiyana Mohon Tunggu... Guru - Teacher and lecturer

An ordinary person who dreams big

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat dan Paradoks

18 Februari 2021   16:28 Diperbarui: 18 Februari 2021   16:38 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semakin canggih tehnologi berdampak pada tatanan masyarakat. mulai dari berubahnya pola fikir sampai gaya hidup. Pola fikir dan gaya hidup sekarang-sekarang ini bagai bunga dengan kumbang. Betapa tidak, tontonan yang mengajarkan masyarakat untuk berperilaku "BOHONG".  Kenapa demikain? Sejatinya masyarakat moderen sekarang, menurut saya, sudah kehilangan akal sekat dan logikanya. Kenap demikian? 

Orang dulu,walaupun  memiliki penghasilan sekian rupiah, akan tetapi dari penghasilannya itu bisa terbeli sebidang tanah, rumah, dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya , dan itu semua tanpa kredit alias hutangan. Lain dengan masyarakat sekarang, dimana ada terjadi kemajuan tehnologi,, akal sehatpun dikesampingkan. penghasilan puluhan juta, semuanya, kebanyakan , dipakai untuk membeli segala sesuatu yang diinginkan bukan dibutuhkan. 

Punya handphone sudah canggih, keluar model baru dibeli lagi, walau dengan cara mengkredit. Penghasilan  hanya mampu untuk menyokong kehidupan harian, dipaksakan membeli motor atau bahkan mobil, tetapi dengan cara kredit, dan  adanya keinginan untuk tampil layaknya selebritis yang biasa dipertontonkan di televisi dan media sosial lainnya, sehingga orang berebut untuk terlihat "KAYA". Dari sinilah tercipta budaya pamer atau dalam bahasa Sosiologi, maaf jika penulis salah, diistilahkan dengan Mestizo Culture.  Paradox bukan?

3. Dunia Pekerjaan

Kemajuan tehnologipun berdampak pada dunia pekerjaan. Akhir-akhir ini dunia pekerjaan sudah terdigitalisasi, yang dulunya bersifat manual kini sudah termudahkan secara digital. Terasa ringan memang, namun itu, menurut saya hanya sekedar terasa. kok bisa? Di sini jelas, secara indrawi memang segala seusautu yang berhubungan dengan pekerjaan, mislanya untuk promosi jabatan, penginputan data dilaksanakan secara digital, tetapi praktiknya tetap dokumen-dokumen fisik pada akhirnya dimintai. Bukankan ini menambah dua kali pekerjaan? Paradox bukan?

4. Dunia Remaja

Remaja adalah sasaran empuk dari kecanggihan tehnologi. Karena sifatnya yang cenderung fragile, dan mudah dimanipulasi, maka remaja adalah korban dari Mestizo culture ini. Betapa banyak remaja yang rela menjual harga dirinya hanya untuk sebuah telepon pintar? Berapa banyak remaja yang termanipulasi, dan menggadaikan masa depannya pada "jarinya"? Berapa banyak remaja yang dengan tanpa malu berjoget ria seperti orang-orang yang kesurupan, lantas dipertontonkan ? Dulu, hampir semua remaja tabu mempertontonkan hal-hal yang memang bisa merusak citra dirinya. Sekarang? Bisa kita saksikan sendiri. Paradox bukan?

Tulisan ini tidak dimaksudkan hanya kepada sisi negatif tehnologi. Harap bisa dipahami bahwa tehnologipun memberikan dampak positif yang amat banyak bagi kehidupan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun