Mohon tunggu...
Rudi Santoso
Rudi Santoso Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dinamika

Pengamat sosial budaya, Dosen Keuangan, Etika Profesi, Manajemen Investasi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Idealisme vs Anomali Pasar

25 Maret 2024   09:49 Diperbarui: 25 Maret 2024   10:13 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dhaihatsu GrandMax adalah salah satu kesuksesan raksasa otomotif Indonesia di kelas Pick up saat ini. Hal ini sekaligus menumbangkan hegemoni Mitsubishi dengan T120SS atau Suzuki dengan produk legendanya, Carry Pick up. Pasar mobil di Indonesia pada kategori pick up pada saat itu memang sudah jenuh. T120SS versi baru tidak mampu membangkitkan legenda yang lama, karena ceruk pasar itu sudah ditempati L300. 

Sementara itu, Suzuki sebagai pemain lama terkesan enggan mengeluarkan model kendaraan untuk kerja berat. Suzuki malah lebih fokus pada APV yang pada akhirnya 'dibunuh' juga.

Mesin GrandMax  menyandang mesin terbaik pick up diperuntukan daerah pertanian (negara agraris). Berawal dari situ Astra kemudian mengembangkan pickup yang bisa dipakai petani untuk moda angkut hasil pertanian/perkebunan ke pasar. 

Hal ini mengingat bahwa Indonesia adalah begara agraris yang tentu saja akan lebih membutuhkan kendaraan yang ringkas dengan tenaga yang mumpuni. Selain itu, ceruk pasar di kelas 1.500cc mulai sepi ditinggal. Pickup masih dikuasi L300 pada saat itu.

Pengembangan ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan transportasi angkut dari pertanian ke pasar/pergudangan.

Apa yang terjadi? Dua tahun setelah mesin itu dikembangkan tepatnya 2009,  Astra menyadari bahwa apa yang dihadirkan di luar ekspetasinya. Mobil angkut ini justru bertransformasi menjadi blind van untuk angkut orang (mobil antar jemput sekolah). Padahal chasis dan fitur keselamatan tidak diperuntukkan mobil jenis van. Maka kenyamanan akan jauh panggang dari api.

Sementara itu, harapan GranMax bisa menjadi transportasi angkut sayur dan hasil pertanian malah tidak laku di pasaran saat itu.

Apa yang salah?

Kawan, salah satu yang tidak dipertimbangkan Astra pada saat itu karakter konsumen Indonesia yang anomali. Konsumen otomotif Indonesia cukup 'kreatif' yang menyulap basis pick up barang menjadi van untuk angkutan orang. Hal ini sangat menyalahi prinsip keselematan dan idealisme mobil-mobil Astra (Jepang). Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena pasar Indonesia sangat besar.

Apakah mereka menyerah? Tidak. Riset harus terus dilanjutkan, tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh pasar Indonesia. Maka muncullah varian baru bernama Luxio yang memang dirancang khusus untuk angkutan manusia. Dan pada akhirnya, GranMax Pickup mempunyai pasar sendiri yang tidak harus dipaksa berubah menjadi van jadi-jadian. GrandMax cukup lama menjadi single fighter sampai akhirnya pabrikan lain menjadi follower. 

daihatsu.co.id
daihatsu.co.id

Suzuki pun akhirnya kembali menurunkan model pickup-nya meskipun terlambat.

Sekali lagi kawan, idealisme kadang harus berbenturan dengan sebuah anomali pasar. Apa yang dianggap baik dan mumpuni oleh pabrikan kadang harus berbenturan dengan selera pasar. Apakah riset analisa pelanggan yang salah? Sekali lagi ini hanya sebuah anomali perilaku pasar Indonesia yang unik. Mereka tidak bisa dipaksa menyukai mobil yang dikeluarkan oleh pabrik. Karena prinsip konsumen Indonesia, masih konservatif yaitu mencari alat transportasi all in. Ia bisa menjadi mobil keluarga, belanja, pelesir, bahkan harus bisa menjadi moda angkut komoditas jualan di pasar.

Anomali lain adalah dalam memperlakukan ladder frame. Pabrikan merancang mobil ladder frame pada dasarnya untuk moda angkut personil pertambangan/perkebunan. Ia seharusnya 'melahap' medan berat, maka penggerak 4 roda menjadi wajib ada.

mitsubishi-motors.co.id
mitsubishi-motors.co.id


Namun yang terjadi justru sebaliknya, mobil ladder frame ini keluar dari habitatnya berkeliaran di perkotaan dengan jalan aspal. Bisa dibayangkan jika mobil dengan tenaga lebih dari 200hp harus melenggang di jalanan aspal. Ia akan terkesan arogan, karena pada dasarnya itu bukan habitatnya. 

Analoginya, seperti kita melepaskan kerbau dari kubangan lumpur untuk melenggag di jalanan umum. Lebih anomali lagi, Ladder frame diperlakukan berbeda dan lebih istimewa. Padahal di habitat aslinya (perkebunan/pertambangan), ia tak ubahnya mobil biasa yang tiap hari mandi lumpur layaknya kerbau.

Kawan, produk terbaik di suatu tempat, belum tentu bisa manjadi produk yang laris di tempat lain. Kasus Ladder Frame adalah contoh nyata anomali pasar Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun