Mohon tunggu...
Rudi Santoso
Rudi Santoso Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dinamika

Pengamat sosial budaya, Dosen Keuangan, Etika Profesi, Manajemen Investasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Urbanisasi Modern, Dalam Dimensi Masalah Sosial

16 Mei 2023   12:30 Diperbarui: 23 Mei 2023   01:41 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ((KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Dimensi Sosial

Mendengar istilah urbanisasi, pikiran kita langsung tertuju aktifitas masyarakat pinggiran kota, atau pedesaan berbondong menuju kota. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa kosentrasi penduduk akan sedikit bergeser dari desa ke kota. Jika sudut pandang yang selama ini kita pahami adalah sebuah mobilisasi masyarakat desa ke kota, hal itu tidak salah. Karena memang secara empiris, kita memadang dari dimensi demografis.

Namun persoalan urbanisasi tidak hanya masalah demografi semata, ia adalah masalah multidimensi sosial, politik, ekonomi, modernisasi dan legal.

Dimensi sosial memandang urbanisasi sebagai bentuk pencarian jati diri urban. Pencarian jati diri ini terkait status sosial kaum urban. Suatu kebanggaan bagi mereka jika status urban, marginal, dan kampung, kemudian berubah menjadi orang kota.

Hal tersebut menjadi sebuah perilaku yang masive karena beberapa faktor pendorong. Faktor tersebut umumnya dikarenakan ritme kehidupan di desa lebih lambat (tidak mengalami perubahan).

Sementara kaum urban ingin keluar dari jeratan kemiskinan abadi di desa karena produk pertanian semakin kalah tergerus oleh produk-produk berteknologi sentuhan perkotaan.

Dorongan sosial semakin menjadi manakala budaya hedon begitu masif ditayangkan melalui hiburan siaran televisi. Masivitas tayangan ini pun semakin melegitimasi mindset berpikir mereka akan hedonisme.

Daya Tarik Kota

Jika dimensi sosial banyak disebabkan oleh dorongan pencarian jati diri, maka dari sisi dimensi ekonomi urbanisasi adalah manifestasi sebuah ketimpangan.

Ketimpangan ini dipicu oleh tidak meratanya pendapatan ekonomi perkotaan dan pedesaan. Lapangan pekerjaan yang semakin sempit di pedesaan, sementara mereka adalah produk pendidikan dengan kurikulum kota. Sementara itu daya tarik kota (Surabaya) di mata mereka sangat menggiurkan. Legenda kota yang dipandang bisa mengubah nasib mereka masih dipercaya.

Kota adalah sebuah simbol status sosial ekonomi. Kota bukan saja sebuah tempat mengais rejeki, naum ia menjadi daya tarik dari sisi sosial dan ekonomi. Kota memberi kesempatan luas untuk berkarya bagi orang-orang ulet nan kreatif. Kota juga menjanjikan upah yang tinggi, ditunjang juga ketersediaan kebutuhan barang-barang konsumsi yang lebih lengkap. Maka tak heran jika urbanisasi selain meningkatkan stratifikasi sosial, pendapatan juga perilaku konsumerisme.

Surabaya adalah kota kedua yang akan mendapat "serbuan" urbanisasi. Dispendukcapil Surabaya mencatat tak kurang dari 5 ribu orang pindah ke Surabaya setiap bulannya. Artinya paling tidak ada 55 ribu orang tiap tahunnya pindah ke Surabaya. Kota pun semakin padat dengan beragam konsekuensi logisnya.

Potensi Masalah

Urbanisasi jika tidak dikelola dengan baik akan membawa masalah lebih besar. Mengapa?

Urbanisasi sendiri adalah sebuah "masalah" di masyarakat perkotaan. Ia adalah sebuah manifestasi ketimpangan sosial dan ekonomi itu sendiri.

Kaum urban pun kadang hanya sekadar mengadu nasib di perkotaan tanpa mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan yang cukup.

Potensi masalah berikutnya adalah tingkat pengangguran yang tinggi di perkotaan, sementara itu urban tetap tidak mau pulang ke desa. Selain tidak mempunyai biaya pulang, urban sudah kadung kemakan gengsi. Hal ini membuat lingkaran setan masalah urban di perkotaan.

Dalam hal perumahan dan tempat tinggal, urban juga menyumbang potensi kepadatan penduduk dan pemukiman kumuh.

Hal ini berdampak kepada masalah daya dukung kota dalam bentuk yang tidak seimbang antara ruang dan lahan yang dibutuhkan dengan jumlah penduduk yang ada.

Dari sisi transportasi, kebutuhan akan pemenuhan pelayanan transportasi akan semakin tinggi. Rasio jumlah angkutan umum dibandingkan dengan kebutuhan semakin tidak seimbang.

Begitu juga peningkatan jumlah kendaraan dibandingkan dengan penambahan insfrastruktur jalan juga tidak seimbang menyebabkan biang kemacetan yang laten.

Tidak cukup itu saja, tingkat pengangguran yang terus bertambah berpotensi memicu kejahatan yang tinggi pula karena ketimpangan ekonomi dan sosial juga semakin tinggi.

Pemberdayaan

Urbanisasi selain membawa "penyakit" demografi, sebenarnya juga memberikan dampat positif. Ia akan berdaya guna dengan syarat mampu diberdayakan.

Urbanisasi mampu meningktkan kemampuan (skill) seseorang karena mereka dituntut mutitalented. Sehingga dapat mengembangkan diri seseorang agara urabn memiliki kemmapuan yang dibutuhkan dalam masyarakat kota.

Pemberdayaan urban juga bisa untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di bidang industri, perdagangan dan lain-lain. Urbanisasi juga dapat meningkatkan taraf hidup, karena kaum urban mampu hidup dengan baik dengan sarana dan prasaran yang mendukung di kota besar.

Sebagian kaum urban yang berpendidikan juga mampu berubah mindset atau cara pandangnya. Perubahan mindset ini juga dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia tinggal.

Seperti kita ketahui, cara pandang masyarakat di desa dan di kota berbeda, maka mereka dapat mengetahui cara pandang dari kedua sisi tersebut, sehingga hal ini dapat mengubah cara berfikir mereka dalam menentukan suatu keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada.

Dampak lain dari urbanisai adalah memicu ekonomi kreatif yang pada akhirnya juga akan meningkatkan ekonomi dalam skala mikro.

Jika eknomi mikro meningkat, maka beban perkotaan juga ikut ringan, karena pertumbuhan secara makro ditopang olah tingginya perputaran ekonomi mikro itu sendiri.

Maka, jadilah urban yang smart.

(*Rudi Santoso; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dinamika).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun