Saya asli sunda dari salah satu kabupaten di selatan Provinsi Jawa Barat. Dari kecil saya terbiasa akrab dengan lagu-lagu populer dan lagu tradisional sunda. Lagu-lagu pop sunda pada umunya lemah lembut mendayu-dayu dengan alunan suara suling yang menyayat hati seakan menggambarkan lekukan bukit-bukit dan pesawahan yang menghampar hijau.
Namun 10 tahun yang lalu ketika pertama kali menjejakan kaki di Pantura Jawa, saya terkaget-kaget mendengar lagu dangdut pantura yang terdengar sedikit aneh di radio dan pesta hajatan. Waktu itu saya mengamati, iramanya menghentak-hentak seperti dangut pada umumnya, bahasanya seperti bahasa jawa tapi bukan bahasa jawa tengah dan timur. Chordnya pun sedikit berbeda, sepertinya bukan chord mayor maupun minor. Saat itu saya kurang suka dengan lagu dangdut pantura.
Anehnya masyarakat sunda pada umumnya yang menetap di sekitar pantura seperti Kuningan, Majalengka, Cirebon Indramayu dan Brebes lebih menyukai lagu tarling dangdut pantura ketimbang lagu pop sunda. Alasannya karena lagu tarling dangdut pantura memiliki irama cepat dan lebih bersemangat jika dibandingan dengan lagu pop sunda yang kebanyakan memilih irama yang sedang dan tempo lambat.
Selang waktu berganti tahun, karena saking seringya saya mendengar lagu dangdut pantura baik melalui radio, pesta hajatan maupun tetangga yang memutar keras-keras dengan speaker, akhirnya saya pun mulai memahami lirik-lirik dari lagu dangdut pantura itu. Dan kini saya pun harus mengakui bahwa saya menyukai lagu dangdut pantura he he he.
Para supir truk dan bus menjadi pihak yang paling gesit memutar lagu tarling dangdut pantura yang menemani perjalanan mereka sejak pergi dan pulang ke tempat asalnya.
Umumnya lagu dangdut pantura disebut lagu tarling. Cirebonan menjadi “aliran” tarling dangdut paling populer di pantura. Ada banyak grup dan penyanyi yang menekuni aliran tarling dangdut. Beberapa yang populer yaitu Diana Sastra, Ita DK, Mimin Denok, Tita Mutia, Aas Rolani dll. Lagu tarling dangdut pantura biasanya direkam oleh indie label atau direkam live dari panggung hiburan dan pesta hajatan. Kebanyakan dari rekaman itu diedarkan secara luas di lapak-lapak pedagang kaki lima, dan tentunya itu adalah rekaman bajakan dengan kualitas gambar yang beragam.
Pada umumnya tema lagu tarling dangdut pantura adalah cinta 2 sejoli dengan segala intriknya seperti kekecewaan dan kesedihan. Ada juga yang bertemakan tempat-tempat wisata seperti judul lagu “Cibulan” dan “Telaga Remis”.
Alat musik yang dipergunakan pada lagu tarling dangdut pantura adalah Keyboard, Gitar, Bass, Suling Cirebonan.
Para penyanyi tarling dangdut pantura lebih mengandalkan pendapatan dari job off air daripada hasil penjualan rekaman CD/VCD. Mereka mentas pada acara pesta hajatan dan beberapa even besar.
Pada saat Inul Daratista di puncak kepopulerannya dengan goyang ngebor, para penyanyi tarling dangut pantura pun mengikuti gaya bergoyangnya yang dinilai oleh banyak kalangan sangat menjurus kepada pornoaksi. Namun ketika Inul sudah tidak lagi ngebor, para penyanyi tarling dangdut pantura juga banyak yang ‘tobat’ dari aksi panggung yang seronok.
Lagu tarling dangdut pantura sudah ada sejak jaman kolonial. Lagu tertua yang saya kenal adalah “Warung Pojok” dan “Sega Jamblang”.