Mohon tunggu...
Rudi Nofindra
Rudi Nofindra Mohon Tunggu... -

Saya Berminat penelitian (Research) Pendidikan, Media & Kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aktualisasi Peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W

14 Februari 2011   03:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peringatan hari kelahiran nabi Muhammad SAW bukan hanya saja sekarang, tetapi telah berlangsung berabad-abad lampau, dimana kegiatan ini selalu diperingati pada bulan mulud atau dalam istilah bulan hijriyyah disebut bulan Rabiul Awwal. Sampaikini perayaan tersebut masih terus berjalan meriah dan bernilai historis dimulai darikampung-kampung, surau-surau, sekolah, kampus hingga presiden juga menjadikan moment ini sebagai perayaan secara nasional. kegiatannya pun bervariatif, dari pengajian, pembacaan al-barzanji (sejarah nabi), dialog interaktif, hingga festival budaya daerah setempat dan ritual-ritual agama dan adat tertentu.

Penyelenggaraan/peringatan maulid nabi seakan menjadi agenda tahunan wajib bagi kaum muslimin, yang artinya bahwa “ ibarat sayur kurang garamnya ” atau dengan kata ada terasa yang kurang jika peringatan ini tidak dilaksanakan. Uniknya peringatan kelahiran nabi ini dimulai dari kampung-kampung sampai perkotaan, dan di bulan ini juga tampak semua masyarakat terlihat sibuk. Lihat saja anak-anak, pemuda, orang tua pun tidak mau ketinggalan untuk turut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. Tak lupa juga, para pengisi acara mulai dari ustadz, pembawa acara pun “mendulang rupiah” di peringatan maulid nabi ini.

Hanya saja melalui sedikit pendapat ini, penulis . Penulis ingin memberi pandangan kekinian berkaitan dengan perayaan mauled nabi kali ini, hal ini menurut hemat penulis, ditinjau dari aspek sosial dan pengingatan sejarah, kegiatan ini sangat positif untuk kemajuan umat islam.

Kemudian dalam dalam kontek judul besar diatas, penulis melihat bahwa esensi yang ada dalam perayaan maulid nabi Muhammad S.A.W kali ini. yang sudah merupakan kegiatan rutin umat muslim selama ini dilaksanakan, diharapkan bisa menjadi referensi dan semangat yang tertanam dalam kehidupan sikap kita selalku mahkluk sehari hari. Kalaulah selama ini banyak orang hanya melihat moment maulid nabi sebagai sejarah saja khususnya pada bulan maulid/Rabiul awwal ini, mungkinada baiknya jika keteladanan dan perilaku Beliau dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Baik tingkah laku, pola hidup, kehidupan social dan lainya . Pasti hal ini menjadi penting agar peringatan yang sangat bersejarah ini tidak menjadi ritual tahunan semata yang cukup menghabiskan energi umat islam.

tetapi setidaknya dapat diaktualisasikan bahwa maulid nabi dalam kehidupan sehari-hari dapat dipakai sebagai cerminan pribadi muslim yang harus dituangkan dalam diri setiap individu. memang tak mudah, oleh karena itu berarti meneladani perilaku nabi dalam kehidupan sehari-hari terlebih di tengah dahsyatnya arus globalisasi dan modernisme yang semakin menggerus akidah umat muslim yang salah satunya ditandai dengan pesatnya teknologi, cepatnya arus informasi dan komunikasi saat ini, setidaknya dengan adanya pondasi keimanan yang tertanam kuat dan menjadi symbol (icon) kita dalam hidup di tengah-tengah arus modernism tersebut. Apalagi kalau kita saksikan kini orang begitu memuja artis, group band, bintang sepak bola dan Laptop terbaru berikut internetnya, maka sudah saatnya dalam peringatan Maulid Nabi S.A.W tahun ini kita mulai dengan menjadikan Nabi Muhammad sebagai idola hidup yang menjadi landasan, pedoman kita sehingga mindset dalam menghadapi kondisi dunia saat ini adalah dengan melihat nabi Muhammad S.A.W sebagai manusia biasa yang dapat menyesuaikan dengan keadaan berlaku tanpa meninggalakan ajaran yang dibawanya.

kemudian pola aktualisasi ini dilakukan dengan mengembalikan problem atau melihat sebuah peristiwa yang menimpa kepada nabi. Sebagai contoh, dalam menghadapi orang yang syirik kita kembalikan kepada apa yang dilakukan nabi ketika dilempari batu dan kotoran saat beliau hijrah ke thaif, atau dapat kita petik pelajara disana adalah bagaimana nabi merespon perbedaan pandangan dan masalah-masalah lain baik hukum, doktrin, sosial yang semuanya sudah konkrit, sampai kepada masalah politik yang telah dicontohkan akhlak dan etikanya oleh Nabi Muhammad S.A.W. .

adari cerita terebut banyak orang berkomentar dan mungkin ada pertanyaan yang terbersit. Saya ini kan manusia biasa, bukan nabi ? wajarmemang, karena sebaik-baik manusia adalah kurun pertama dan selanjutnya. Ini berarti bahwa semakin jauh dari nabi, semakin jauh pula doktrin islam dijalankan dan tentunya kualitas umat semakin buruk. Tetapi, minimal kita berusaha untuk meneladani nabi semampu kita. Karena memang apa yang ada hari ini belum banyak yang tak ada atau tak terjadi pada masa nabi. Namun hal itu bukan berarti kita meninggalkan semuanya. Bukankan melakukan sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali?

semoga saja dari sedikit uraian diatas, dapat dilihat bahwa aktualisasi dan representasi kecintaan umatnya kepada nabi Muhammad S.A.W, setidaknya bukan sebuah formalitas belaka atas dilaksanaknya perayaan ini. Namun Jauh daripada itu, adalah terhadap pentingnya meneladani dan mengamalkan ajaran nabi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun