Mohon tunggu...
Rudini Sirat
Rudini Sirat Mohon Tunggu... -

Saya seorang mahasiswa yang menyukai kajian ekonomi sosialis. Anda jangan berpikir bahwa sosialis itu miskin, justru sosialis itu harus kaya. bisa juga mengunjungi saya di http://rudinisirat.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Seks Masuk Politik

29 April 2012   03:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seks dan kekuasan. Dua hal ini ternyata memiliki relevansi. Keduanya dapat berjalan beriringan dan saling mengintervensi. Seks bisa mengancurkan kekuasaan atau politik seseorang, juga bisa menjadi jalan meraih kekuasaan. Hal tersebut telah diperingatkan oleh filsuf postmodernisme dari Perancis, siapa lagi kalau bukan Michael Foucault. Menurutnya, kekuasaan adalah sebuah rezim untuk melakukan pengontrolan demi menguasai pihak lain. Pengontrolan inilah kata Foucault sampai pada wilayah pribadi yang paling intim, yakni tubuh alias seks.

Ketika seks sudah menjadi alat politik, maka seseorang tak bisa mengelak lagi. Tengok saja beberapa bulan lalu seorang anggota DPR dari Fraksi PKS bernama Arifinto ketangkap basah oleh kamera wartawan tengah membuka situs video porno. Padahal tidak seperti anggota DPR lainnya semacam Max Moein dari Fraksi DPIP telah melakukan hubngan seks yang terrekam oleh kamera di salah satu kamar hotel, Arifinto hanya melihat video saja di ruang rapat DPR. Atas nama skandal seks, akhirnya Arifinto maupun Max Moein harus mengundurkan diri dari keanggotaan DPR.

Saat Gus Dur menjadi Presiden RI, dia hampir terguling dari kekuasaannya karena ada hubungan intim dengan perempuan bernama Aryanti. Melalui berbagai media, foto Gus Dur yang tengah bermesraan dengan Aryanti tersebar luas. Disinyalir itu adalah perbuatan lawan politik Gus Dur. Dengan seks, lawan politiknya menggunakan alat tersebut untuk menjatuhkan Gus Dur.

Baru-baru ini, telah ribut soal skandal seks seorang anggota DPR dari Fraksi PDIP. Melalui rekaman sebuah video yang telah tersebar melalui internet, posisi seorang anggota DPR tersebut akan sama nasibnya dengan Arifinto, Max Moein dan anggota DPR lainnya yang telah melakukan skandal seks.

Jangankan melakukan seks, seorang pejabat saja yang berpose dengan perempuan cantik bisa menjadi skandal. Hal ini bisa dilihat dari tiga menteri yang diributkan soal ketidakpantasan bagi pejabat negara berpose dengan perempuan-perempuan seksi. Tiga menteri tersebut yakni Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, dan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Helmy Faisal. Berita tersebut menjadi heboh karena sengaja dihebohkan.

Kasus video hubungan seks antara vokalis Peterpan Ariel dengan kekasihnya Luna Maya menjadi salah satu contoh hilangnya Ariel dari panggung karena mendekam di balik jeruji besi. Ariel dan Luna Maya bukan pejabat dan politisi, tapi mereka berdua adalah figur publik. Meskipun begitu, di dalamnya terdapat gaya politik yang digunakan oleh pihak yang ingin menjatuhkan Ariel dengan cara menyebarkan video hubungan seksnya dengan Luna Maya.

Bagaimana bila seorang politisi atau pejabat berhubungan seks dengan istrinya, tiba-tiba ada yang merekam atau sengaja direkam lalu tanpa sengaja ataupun tidak video tersebut tersebar luas? Kemungkinan besar ini juga bisa menjadi alat politik dalam menjatuhkan posisi tersebut. Hal ini karena dianggap memalukan, sengaja atau tidak dia telah menyebarkan hubungan intim tersebut kepada masyarakat meski dengan istrinya sendiri.

Seks merupakan masalah yang sangat privasi. Berbeda dengan hubungan privasi lainnya, seks merupakan persoalan yang sangat sensitif. Bahkan lebih sensitif dibanding dengan uang. Dulu sekali, seks merupakan hal yang sangat tabu untuk dibicarakan. Kini seks menjadi alat yang mematikan jika disebarkan. Seks memiliki muatan moralitas. Tetapi moralitas yang negatif. Pada sebuah kerajaan di China dulu, kadang untuk mengecoh lawan politiknya dengan mengirimkan seorang perempuan cantik.

Seks dijadikan alat dalam menjatuhkan posisi seseorang, terutama bagi laki-laki. Bagi perempuan justru kebalikannya. Seks dijadikan alat untuk memperoleh kekuasaan. Hal ini pernah dilakukan oleh Cleopatra dalam sejarah kekuasan Mesir. Dengan kecantikan yang dimiliki, cukup lama Cleopatra menggenggam kekuasaan di Mesir kala itu. Oleh karena itu, hati-hati lah dengan seks.

Sumber: http://rudinisirat.blogspot.com/2012/04/ketika-hubungan-seks-dipolitisasi.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun