Mohon tunggu...
Rudi Nappa Dangko, S.kom
Rudi Nappa Dangko, S.kom Mohon Tunggu... karyawan swasta -

alumniSTMIK DIPANEGARA TAHUN 2006

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerja Keras yang Berbuah Manis

25 Juli 2014   16:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah mengapa selepas sholat subuh Arif begitu enggan tuk beranjak dari tempat tidurnya. Berkali kali terdengar ketukan dari pintu kamarnya  namun semua itu dia hiraukan. Hari ini ia telah berjanji tuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya dari segala aktifitas yg selama ini menyita waktu dan merenggut kebebasan masa masa mudanya.

Setelah pukul  11.30 iapun baru keluar dari kamarnya, ibunya pun sempat khawatir jangan -jangan ia sakit tapi setelah memberi  penjelasan bahwa ia baik- baik saja hati ibunya pun jadi lega, terlintas senyum dari bibir tua ibunya yang selama ini jadi semangat hidupnya, semangat yang tidak pernah hilang dari kulitnya yang sudah keriput, dan tak pernah luntur meskipun pikun telah menderanya karena ia selalu berharap takdir yang menimpanya jangan sampai terulang oleh anak anaknya kelak. Dunia Arif  bukanlah sebuah dunia yang orang katakana layak dan tak seberuntung  anak-anak seusianya sejak lahir ia dan keenam saudarnya sudah ditinggal oleh sang ayah tinggalah ibu yang membanting tulang  mencari nafkah demi sesuap nasi buat anak-naknya , semangat ibulah yang kini terpatari ke dalam  diri Arif bahwa  menjali hidup butuh kerja keras dan kemauan yg kuat untuk menggapai sesuatu tetapi dengan cara yang diridhoi Allah SWT tentunya.

Ia kembali mengingat masa-masa dimana anak sebayanya bebas bermain dan bercengkraman dengan keluarga sementara ia harus ikut dengan para kuli buruh selepas ia melepaskan seragam SMPnya,tak sedikitpun terlintas dibenak Arif untuk menjadi orang yang kaya raya karena dia sadar bahwa nasib yang di berikan Tuhan kepadanya memang seperti itu tapi dia hanya berharap dengan sekolah dan mengenyam pendidikan yang setinggi tinginya  ia dan keluarganya tidak dipandang sebelah mata  oleh orang orang sekelilingnya. Karena dengan memiliki ilmu yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh kepentingan manusia ia akan dianggap ada dan di lihat oleh dunia itulah cita-cita Arif

Manusia Cuma berharap dan  berusaha dan sang penciptalah  yang menentukan nasib hambaNya namun tekad yng kuat dan semangat yg tak pantang menyerah dan sang ibu yang selalu memotivasi dirinya yang membuat arif begitu bersemangat menjalani itu semua.

“ Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” sepenggal kalimat namun begitu besar kekuatannya mempengaruhi jiwa Arif itulah kalimat yang ia dapat pada sebuah buku yg ditulis oleh seorang penulis yg melatar belakangi kehidupan orang kampung yang tidak memiliki orang tua namun dapat menggapai mimpinya setinggi langit namun Arif masih bersyukur masih punya ibu dan saudara-saudaranya yang selalu memotifasi dirinya hingga semua mimpi-mimpi yang ia harapkan sedikit demi sedikit dijabah oleh Tuhan mulai dari menamatkan kuliah dan meraih gelar S2 hingga memberangkatkan ibu ketanah suci hingga membangun sebuah tempat berdeduh yg layak  buat keluarganya. Tak terhingga rasa syukur arif yang selalu di ucapkan dalam setiap sujudnya kepada sang pencipta bahwa apa yang ia cita-citakan dapat terlaksana termasuk membahagiakan ibunya

Dengan kerja keras dan usaha Kini kehidupan keluarga Arif sedikit demi sedikit berangsur membaik  segala yg dibutuhkan oleh ibu kini sudah terpenuhi dan pandangan orang sekelilingpun mulai berubah maklum di tempat ia bermukim Cuma ia satu satunya anak orang yang tidak mampu dan dapat menyelesaikan kuliah hingga kejenjang yang lebih tinggi dan dengan semua itu mengikis stigma orang-orang yang selalu memandang rendah pada keluarganya.

“ Arif, sapa ibunya  selesai ia mandi langkahnya pun terhenti didepan kamarnya sambil melangkah menemui sang ibu yang kini sedang duduk diberanda rumahnya ditemani beberapa saudara dan keponakannya

“ apa yg kau cita-citakan semua sudah tercapai “ kata ibunya ,

“denga wajah santai arif pun menjawab”  iya ma emang kenapa ma

“ Arif tau kan bahwa ibu sudah tua dan semua yang ibu mau sudah arif penuhi ,namun tak lengkap rasanya kebahagiaan ibu jika Arif belum mengabulkan keinginan ibu yang satu ini

Dengan santainya arif menjawab “ sebutkan saja apasih yang tidak Arif berikan buat ibu dengan refleksi sambil mencium pipi ibunya  yang menadakan bahwa rasa sayang Arif begitu besar

“menikahlah nak buat ibumu bahagia kamu pasti tidak mengingkan kan ibu meninggal sebelum melihat kamu bersanding di pelaminan dan menimang cucu dari darah dagingmu sendiri

Sontak wajah Arif berubah tanpa menoleh lagi ia meninggalkan ibu  dan kakanya menuju kamarnya. Sambil berbaring ia pun menerawang jauh  dan berfikir selama ini ia terlalu sibuk dengan segala aktifitasnya hanya karena ingin membahagiakan ibunya, hingga ia lupa akan kebahagiannya sendiri iapun sadar bahwa usianya memang menuntutnya untuk menikah. Maklum ia adalah anak bungsu dan tinggal dirinyalah yang belum menikah. Kini hatinyapun kembali galau memikirkan permintaan ibunya.

“ cukup mudah bagi Arif mendapatkan wanita tapi  dahulu semua itu dia acuhkan hanya karena terlalu mengejar cita-citanya hingga kini ai tersadar usianya sudah menginjak 32 tahun dan sudah saatnya ia berumah tangga Arif sempat berfikir apa masih ada yang  wanita yang menginkan dirinya setelah beberapa wanita yang ia tolak termasuk dosen sesama  yang ia tempati mengajar. Kini fikiran Arif kembali pada sesok gadis berhijab  yang ia tolak dengan halus lantaran ia sibuk mengejar karirnya. Dalam hati Arif berharap wanita itu mau menerimanya kembali.

“ Tampa berfikir lama segera ia bangkit dan meraih Hpnya dicarinya nomor wanita tersebut. Setelah menemukan  nomor wanita tersebut arifpun menelpon denga rasa gugup bercampur malu.

“Assalamualaikum, Arif memulai percakapan terdengar nomor yg ditujupun menjawab salam dengan yang begitu halus dan bersahaja. Tanpa banyak bicara Arif pun menyampaikan maksud dan tujuannya ia menelpon Lina, ya Lina nama gadis yang telah ia kecewakan 2 tahun lalu waktu ia bersama menempuh pendidikan S2 di  UNHAS

Tanpa sadar leleha bening air mata Arif menetes dipelupuk matanya Tidak menyangka begitu besar rasa cinta Lina terhadapnya hingga ia rela menunggu Arif hingga kapanpun tapi usia lina mengaruskan ia segera menikah dan jawaban arif yang begitu menggantung persaaan Lina membuatnya harus mengubur impian tersebut  jalan satu-satunya harus ia lakukan adalah menerima perjodohan orang tuanya dan 2 hari lagi ia akan melaksanakn ijab Kabul,  dan mengharapkan Arif untuk datang ke resepsi pernikahannya.

“Lina pun berpesan agar arif segera menikah dan mencari pendamping yang layak buat dirinya karena Lina berfikir Cuma wanita yang soleha yang dapat mendampingi Arif yang begitu sempurna dimatanya. Wanita yang dapat menegur arif dikala ia terlalu sibuk dengan kerjanya, wanita yang rela mengurus anak-anak yang banyak karena arif suka akan anak yang lucu, wanita yang pandai mengatur rumah tangga dengan baik karena Lina tau meskipun sikap cueq dan tidak romantic  tetapi Arif punya sisi penyayang yang begitu besar, ia akan menjaga sesuatu yang menurut ia begitu berharga dan tak akan melepaskan sesuatu jika dianggap baik dan bermanfaat buat dirinya kelak.

Kini  hari hari arif diisi dengan kesibukan sendiri untuk menghilangkan rasa bersalah yang ia sempat lakukan terhadap beberapa wanita yang telah ia tolak dan berharap kelak aka ada wanita yang soleha yang mau berbagi suka dan duka dengan dirinya kelak Amin……

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun