Tahniah ini seringkali berbunyi “Minal a’idzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.” Tapi saya yang awam ini menganggapnya klausa mohon maaf lahir dan batin sebagai lanjutan dari kata minal a’idzin wal faizin, bukan sebagai artinya. Ungkapan minal a’idzin wal faizin ini mengandung kalimah yang sengaja disembunyikan karena telahmasyhur (terkenal, sering digunakan).
Pertama, ada yang berpendapat aslinya adalah Ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kami) wa iyyakum (dan kalian) minal a’idzin (dari golongan orang-orang yang kembali) wal faizin (dan orang-orang yang menang). Sedangkan pendapat kedua menyatakan, allaahumaj’alnaa (semoga Allah menjadikan kita) minal a’izin wal faizin.
Jadi, menurut saya yang awam ini, ungkapan tersebut dalam Bahasa Indonesia secara utuh adalah “Semoga Allah menjadikan kita semua orang-orang yang kembali (suci dari dosa) dan orang yang menang (atas ibadah bulan puasa), mohon maaf lahir dan batin.”
Momentum permohonan maaf (?)
Ada juga yang menyalahkan orang yang meminta maaf, dengan alasan bahwa Idul Fithri bukan hari yang khusus untuk meminta maaf. Dan pada kenyataannya memang meminta maaf itu tidak terbatas pada hari Idul Fithri. Namun, menurut saya yang awam ini, permohonan maaf tersebut bukan sebuah kesalahan. Kita yang hidup di Indonesia ini memang sangat kental dengan budaya silaturrahmi. Dengan hadirnya hari dimana disucikannya seorang muslim dari dosa-dosanya, maka patutlah kesucian ini disempurnakan.
Misal, Zaid pernah menghina Ahmad. Setelah beribadah dengan ikhlas di bulan Ramadhan, maka dosa-dosanya akan diampuni di Hari Idul Fithri. Namun, dosanya akibat menyakiti hati Ahmad harus dihapuskan dengan meminta maaf langsung kepada Ahmad. Dengan saling memaafkan inilah diharapkan dosa kepada sesama manusia juga akan terhapuskan. Oleh karena itu, predikat suci dari dosa ini akan semakin kuat.
Jadi, karena hukum memberi ucapan selamat di Hari Idul Fithri dengan sesama muslim adalah mubah (diperbolehkan), maka saling menyalahkan adalah hal yang tidak perlu. Selama ucapan tersebut mengandung makna baik dan tidak melanggar ketentuan syar’i, maka saling mendukunglah sesama umat muslim, wallaahu a’lam.
Wallaahul muwaafiq ilaa aqwaamit thoriq.