Menurut pandangan saya puisi ini hadir membuka ruang bagi manusia, "Aku" dalam puisi ini merelakan bahwa kematian adalah salah satu takdir dari manusia, tapi kematian itu bukan berarti di definisikan secara mutlak bahwa seseorang yang mati akan selamanya pergi. Konteks dalam puisi ini, subjek Aku menghadirkan kembali perasaan bahwa sekalipun kematian telah datang pada penulis namun dalam bait yang telah penulis tulis ia akan tetap hidup.
Adapun penggunaan bahasa seperti "bait-bait, larik-larik,sela-sela huruf ini" merupakan kelihaian penulis dalam merubah bahasa sehari-hari menjadi puitis. Kita semua tentu bisa membaca puisi ini dengan mudah dan disesuaikan menurut pengalaman masing-masing.Â
Inilah yang menjadi ciri dalam penulisan setiap puisi sapardi, bahwa dalam setiap struktur fisik yang hadir dalam puisi ini selain memiliki rima yang sempurna dan ia mampu mengolah kembali diksi yang sering kita jumpai.
Selain itu ini merupakan sebuah hipogram yang mana dapat memberikan anggapan bahwa puisi tidak mesti selalu rumit dengan penggunaan diksi yang harus membuat kita bulak balik menggunakan kamus, sepengalaman saya dalam membaca puisi ini amanat yang ingin disampaikan adalah bahwa penulis ingin menyampaikan kesetiaannya kepada pembaca atau kita semua, walaupun ia sudah tidak ada pembaca tak usahlah sedih. Karena disetiap karya yang telah Sapardi tulis ia tetap hadir dengan karya-karya nya.
Namun kini beliau telah wafat tapi tentu ia masih hidup dalam karya-karya, semoga segala kebaikan di dunia ini diterima oleh Allah Swt
Catatan kafil
Menulis kembali Sapardi Djoko Damono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H