Rasulullah SAW pun mengetahui, istrinya itu sedang mencari-carinya. Sebab, nafas 'Aisyah terengah-engah. Ketika 'Aisyah sampai di hadapannya, dengan perlahan Rasulullah SAW menegur, "Engkau habis dari mana, wahai 'Aisyah?"
Yang ditanya pun tampak malu-malu. 'Aisyah berupaya menutupi kecurigaannya. Rasulullah SAW pun dapat menebak perasaan istrinya itu. Dengan tersipu, 'Aisyah pun berkata, "Bagaimana mungkin tidak curiga, wahai suamiku, engkau pergi dari kamar kita tanpa permisi."
Rasulullah SAW menasihati istrinya itu. "Itu berarti engkau telah dihinggapi setan. Padahal, tujuanku (pergi tanpa suara) agar engkau bisa beristirahat dengan tenang. Sebab, aku mendapatkan giliran ronda berjaga malam ini," kata Rasulullah SAW menjelaskan alasannya. Beliau juga menuturkan, dia ingin shalat malam kala itu.
'Aisyah cukup tersentak, "Apakah mungkin seorang istri utusan Allah juga dihinggapi setan?"
Rasulullah menjawab, "'Sesungguhnya setan itu mengalir dalam diri manusia mengikuti urat darahnya. Dijadikannya dada manusia itu sebagai tempatnya. Kecuali orang-orang yang dilindungi Allah."
'Aisyah bertanya lagi, siapa sajakah yang termasuk mendapatkan perlindungan Allah. Rasulullah SAW menerangkan, mereka adalah orang beriman yang memohon perlindungan-Nya dari jebakan setan.
Rasulullah mensunnahkan umatnya untuk menikah, berkeluarga membentuk keluarga islami yang bahagia, mawaddah wa rahmah. Karena kita umat muslim, alangkah baiknya kita belajar rumah tangga Rasulullah yaitu rumah tangga yang islami. Dengan berumah tangga islami pula maka akan terbentuklah generasi islam yang kuat dalam memegang agamanya.
Nabi Muhammad menikah ketika umurnya 25 tahun. Dia menikahi Siti Khadijah yang pada waktu itu berumur 40 tahun. Pada waktu itu Nabi Muhammad adalah kepercayaan Khadijah dalam urusan dagangnya. Melihat akhlak Nabi Muhammad, Siti Khadijah menyampaikan keinginan untuk menikah dengan Nabi Muhammad. Dalam pernikahan ini, lahirlah enam orang anak.
Setelah kepergian Khadijah, Rasulullah menikah kembali dengan 9 perempuan. Tentunya dengan alasan-alasan tersendiri. Dalam menghadapi istri-istrinya Rasulullah tetap berlaku adil dan bijaksana. Pernikahan-pernikahan ini membuahkan keluarga yang bahagia.
Melihat rumah tangga Rasul, kita perlu mencontoh keteladanannya supaya terbentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H