Dari sana aku bisa menyimpulkan, apa-apa yang dahulu pernah diterima oleh Pak Tjip dan keluarganya, tentunya jauh lebih sulit dan lebih pahit daripada oranglain pada umumnya, atau juga termasuk diriku sendiri. Beliau senantiasa menempa dirinya, pada keras ombak kehidupan yang menghujam bertahun-tahun lamanya.
Namun saat ini?
Adalah semua warga kompasiana mungkin tahu, kalau Pak Tjiptadinata dan keluarganya sudah tinggal di Australia. Hanya tinggal menikmati apa-apa yang pernah diperjuangkan olehnya di tahun-tahun sebelumnya. Selalu memberikan bantuan pada oranglain, kerabat lama, anak yatim piatu, yayasan-yayasan kemanusiaan, dan sebuah cinderamata yang Beliau bagikan saat acara kompasianival berlangsung.
Tidak hanya sampai di situ. Beliau bahkan menulis setiap hari sampai dengan hari ini. Dan setiap tulisan yang Beliau sajikan, selalu saja berisi tentang hal-hal yang 'memanusiakan manusia'. Entah itu tentang perjuangan, kepahitan, sosial, kasih-sayang, dan semua hal yang menjadikan seseorang ke arah yang lebih baik. Mungkin hanya itulah harapan yang ada di dalam hati Pak Tjip saat menulis. Saat ia berupa memberikan apa-apa yang bisa ia berikan pada oranglain.
Pernah pada suatu ketika, aku bercerita pada istriku tentang Pak Tjip. Kemudian aku mengambil ponsel dan memberikan daftar tulisan dari akun Tjiptadinata Effendi di Kompasiana. Istriku memilih satu tulisan untuk dibacanya langsung di depanku. Saat itu dia memilih artikel yang berjudul 'Niat Balas Dendam, Menutup Jalan Hidup Kita'.
"Tuhh... kamu belajar dari Pak Tjip," ucap istriku dengan tegas seraya menengok tajam padaku.
Sejak saat itu, istriku seringkali baca tulisan dari Pak Tjip, dan membahasnya denganku ketika sudah mengambil satu kesimpulan yang didapatnya. Bahkan ketika aku sedang tidak membaca, dia memintaku untuk membaca satu tulisan yang telah ia baca. Dan pastinya tulisan itu langsung menembak sisi kemanusiaanku.
Beberapa masa yang lalu, grup Fiksiana Community bekerja sama dengan Kompasiana dan Penerbit Kaurama, untuk membuat event berjudul #MyDiary. Tentang sebuah kisah yang ditulis oleh orang yang menuliskannya. Dan kebetulan aku adalah salah satu admin di 'grup kepenulisan nyentrik' tersebut.
Ketika sesi pendaftaran diumumkan, tercantum nama Tjiptadinata Effendi sebagai kontributor event.
Ternyata tidak tanggung-tanggung, setelah hari H tanggal posting yang ditentukan, Pak Tjip menuliskan catatan hariannya sebanyak lima artikel. Di mana rata-rata dari kontributor event hanya mengirimkan satu atau dua tulisan. Yang lebih hebatnya lagi, Pak Tjip membaca dan memberikan komentar pada semua tulisan di event MyDiary.
Dan pada saat pengumuman pemenang event itu (vote atas event itu tidak hanya dari FC, tapi dari Kompasiana dan Penerbit Kaurama), nama Tjiptadinata Effendi tercantum sebagai salah satu pemenang.