Mohon tunggu...
rudie chakil
rudie chakil Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

Biarkan Ego Muthmainahku Berkreasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[My Diary] Sahabat Datang dan Pergi

11 April 2016   14:06 Diperbarui: 11 April 2016   14:16 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Diary...

Kau tahu, sebelum peristiwa ini, aku selalu berpikir, bahwa semua orang yang aku kenal adalah orang baik. Sepanjang hidupku, aku belum pernah berurusan masalah dengan seseorang, siapapun dia. Karena aku sudah berusaha semampu diriku, untuk tidak membuat onar pada siapapun. Pada siapapun.
Almarhum ayahku juga pernah berpesan padaku, 'jangan pernah merugikan oranglain'.

Tetapi saat itu, semuanya berubah.
Semua orang yang pada awalnya baik padaku dalam hubungan pertemanan. Semuanya serasa menjauh. Padahal aku sudah mencoba berbuat adil, bahkan pada diriku sendiri. Aku berani bertaruh karena aku punya sebuah prinsip, 'jika ingin tahu tentang baik-buruknya seseorang, maka tanyakanlah pada orang terdekatnya. Tanyakanlah pada pasangannya sendiri. Niscaya kamu pasti akan dapatkan jawabannya'. Darisanalah aku belajar, 'bagaimana aku mencoba untuk berbuat adil'.

Tetapi semenjak kejadian ini, semuanya hanya menjadi kepingan kenangan. Aku hancur. Aku sudah hancur.

Kamu tahu apa yang membuatku hancur? Hingga aku hampir saja bersedia tuk meninggalkan sifat baik pada diriku sendiri?

Satu bulan yang lalu, novelku baru saja lahir. Anak jiwaku baru saja lahir setelah melalui perasan keringat, waktu, dan airmata dariku.

Aku bekerja di sebuah pabrik garment, yang mana jumlah karyawan di pabrik tersebut berjumlah sekitar delapanratus orang karyawan. Aku sudah bekerja selama sembilan tahun, jadi hampir semua karyawan di sana aku kenal.

Dari total delapanratus orang karyawan dalam perusahaan itu. Hanya satu orang manusia yang datang kepadaku, kemudian berkata ; "Kak..., novelnya masih order gak, saya beli satu dong," ucapnya, sambil menyodorkan uang Rp.50.000.

Mataku berkaca-kaca sebab terharu dengan kepeduliannya, walaupun dia juga pasti dapatkan manfaat dari apa yang akan ia baca. Erna namanya. Dia adalah seseorang yang hanya kenal saja denganku, dalam arti bukanlah seperti teman-teman dekatku yang lain.
Tetapi dia mau mendatangiku dan membeli novelku.

Sementara yang lain, yang mana siapapun dari mereka yang menawarkan padaku barang dagangannya berupa baju, celana, makanan, dan semua barang yang dijualnya, aku pasti membeli. Sembilan puluh persen aku membeli.
Tidak ada satupun dari mereka yang datang padaku dan berkata, 'aku mau beli novel kamu dong, Nyet....'

Tidak ada satupun.

Padahal aku jelas-jelas menawarkan pada mereka semua. Terutama mereka yang dekat denganku, yang mempunyai hutang budi padaku, dan yang kurasa mampu membeli novelku.

Kamu tahu, bagaimana reaksi mereka.

Aku akan bercerita, bagaimana hal ini bisa membuatku sakit hati.

"Yan, ada waktu gak sebentar," Aku memanggil temanku di sela-sela waktu bertemu.
"apa..?" jawabnya.
"Hmm..., gue mau nawarin buku nih, sama lo," aku mengeluarkan buku dari dalam tas, memberikan padanya. Ia tersenyum meremehkan, lalu menimang-nimang buku itu, "gue suka buku yang berkualitas, yang ditulis penulis ternama," gumamnya tegas.
"Oh, jadi gak berminat, Yan...?" Tanganku menerima kembali buku tersebut, "ok dehh," sambung mulutku bicara.

"Ada-ada aja lo, bikin buku kayak gitu," katanya seraya berbalik badan dan pergi.

'Degg...!'
Jarum raksasa yang tak terlihat menusuk hatiku yang langsung menyahut, 'Yaa Alloh Gustii... baca juga belum? Lo kalo gak mau beli yah gak papa. Tapi yah jangan ngomong kayak gitu...!!'
Airmataku sampai jatuh satu tetes, saat beberapa langkah ia pergi dari hadapanku.

Semenjak kejadian itu, aku benar-benar merubah diri menjadi seorang introvert tulen. Aku merasa semua orang meninggalkanku, kecuali orangtua, istri, dan dua orang temanku, Nurridwan dan M.Taufik. Hanya mereka yang selalu memotivasiku untuk terus menulis dan menjual hasil karyaku.

Apakah aku tetap terpuruk meratapi keadaan?
Tidak... aku masih punya istri, dan dua orang sahabatku.
Apakah aku dendam pada mereka yang tidak mau membeli novelku?
Tidak sama sekali. Mungkin mereka memang tidak membutuhkan itu.
Apakah aku akan berhenti berkarya?
Juga tidak sama sekali. Karena aku mempunyai sahabat yang jauh lebih banyak dan jauh lebih peduli. Yakni sahabat-sahabatku dari dunia maya.

Benarlah memang kata Slank, 'Sahabat datang dan pergi sesuka hati'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun