Kecepatan motor langsung aku kurangi saat itu juga. Aku takut terjadi apa-apa. Apalagi kita cuma berdua, aku dan istriku.
Dan ketika karet bundar motor hanya melaju sekitar 20 km/jam, aku melihat sebuah plang yang diletakkan tinggi. Seperti sangkar burung jaman dahulu.
Plang itu berada di kiri jalan. Berwarna coklat bertuliskan ; "Makam keramat Gunung Lingga."
Aku menarik nafas dalam dan panjang. "Ohh... Kalau mau manggil jangan kayak gini dong ceritanya. Inimah nyengsarain orang namanya," celetuk batinku. "Besok ada waktu luang gue datengin lohh..."
Kita terus mengikuti jalan itu. Pemandangan gunung yang sama persis seperti saat kita naik. Hanya saja lebih banyak jalan menurun. Tetapi belokkan ke kanan, ke kiri dan pemandangan sekitar nyaris serupa dengan saat kita naik.
Seperti tidak sadar atas waktu dan tempat. Pukul 16.30 kita sampai di jalan kabupaten, di daerah subang (yang banyak hutan jati di kanan-kiri jalan).
***
Empat bulan kemudian, aku mendatangi makam keramat Gunung Lingga. Ternyata untuk menuju ke sana hanya ada satu jalan besar. Yakni "Jalan 11 april." Jalan itupun dapat dilalui oleh bus dan truk pasir.
Di sana ada tiga plang ukuran besar (bukan plang ukuran kecil dan tinggi seperti yang kulihat). Plang besar itu menunjukkan ke kanan jalan. Ketiganya bertuliskan ; "Makam keramat prabu Tejamalela." tidak ada satupun yang bertuliskan "Makam keramat Gunung Lingga."
Setelah bermalam di Makam itu, aku menyempatkan waktu, mencari jalan yang pernah kulalui.
Aku bertanya sama banyak orang di sana. Tetapi tidak ada satupun warga di sana yang tahu jalan dan plang kecil itu.
Aku hanya bisa menarik kesimpulan dari catatan ini. Pelajaran buatku secara pribadi :
1. Bahwa yang namanya alam diluar alam kita(manusia) itu memang benar-benar ada.
2. Alam gaib itu bisa berbenturan langsung dengan alam manusia.
3. Dalam setiap perjalanan, diri kita sudah ada yang mengatur.
Saat sampai di rumah, aku menceritakan semuanya pada istriku, dan dia tidak percaya. Dia ingin menyaksikan langsung dengan mata kepalanya sendiri.
"Oke..."