Mohon tunggu...
Rudi Parlindungan
Rudi Parlindungan Mohon Tunggu... profesional -

Belajar.....dan belajar @rudideep riv_ndra@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kata "Bung" Konon Berasal Dari Pelacur-pelacur Jakarta

5 Oktober 2011   05:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:19 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang ada dipikiran mu saat mendengar kata “bung”?
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “bung” sebagai abang. Panggilan akrab untuk kaum laki-laki. Namun apa yang tersirat dipikiran Anda kalo kata “bung” dikaitkan dengan kemerdekaan.Pastinya terpikir dan teringat dengan Bung Karno dan Bung Hatta. Pejuang dan pemimpin negara yang berjuang serta mengobarkan semangat untuk meraih kemerdekaan, meraih kebebasan dari para penjajah. Kata “bung” menjadi ruh yang menobatkan diri bahwa kemerdekaan harus direbut dengan cara pasti. Selain itu juga melalui radio pemberontakan, Soetomo berbicara lantang sang “bung” menjadi mesiu semangat, hingga saat itu perlawanan berkobar 10 november 1945. Bung Tomo adalah bung dengan penuh kepastian, ketika debat telah mengalir panjang dalam penemuan arti dari kemerdekaan. Kata bung juga menjadi keteguhan bangkit dan melawan!Dan pada saat itu poster yang terlukis sebagai gambar orang yang dirantai tapi rantai itu sudah putus. Namun terasa kering bila tidak tertoreh kata-kata di poster itu. Lalu seorang penyair, Chairil Anwar memberi kata “boeng, ajo boeng.” Ketika ditanyakan dari mana ide itu, Chairil Anwar bercerita. Tau kah Anda bahwa pekerja seks di pasar senen memanggil setiap pria dengan kata “bung ayo bung!” Apa pernah terpikir oleh Anda kata itu digunakan para pelacur-pelacur jakarta untuk menawarkan dagangannya pada masa itu.

hhmmm.....empat huruf "Bung" yang telah mengobarkan semangat juang yang membawa kedalam suasana persatuan, solidaritas, dan nasionalisme saat itu. Namun, sejarah kata ini pun seakan tenggelam seiring meredupnya rasa nasionalisme. Bahkan sejarah kata bung ini pun sama sekali tidak masuk ke bangku2 sekolah.....Nasib Negeriku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun