Mohon tunggu...
Rudi B Rosidi
Rudi B Rosidi Mohon Tunggu... -

kavtania.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pil Sungkem

1 Oktober 2014   18:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:47 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PIL SUNGKEM

Ide Pemilihan Tak Langsung yang dianggap sebagai  'Pembunuhan' hak-hak demokrasi rakyat sepertinya menarik untuk diulas lebih lanjut.

Saya pribadi meyakini bahwa demokrasi adalah sumber masalah. Ketika suara rakyat dijadikan sebagai suara kebenaran, maka apapun keputusan orang banyak akan dianggap benar. Voting tanpa musyawarah terlebih dahulu adalah suatu bentuk upaya melarikan diri dari nilai-nilai kebenaran Tuhan. Terlepas dari voting itu dilakukan melalui sistem langsung ataupun tak langsung.

Mari kita bayangkan ilustrasi berikut:

"Calon Pemimpin A tidak menyetujui dan tidak akan menerapkan aturan pernikahan sesama jenis. A didukung oleh 10% rakyat pemilih.

Calon Pemimpin B menyetujui dan akan menerapkan pernikahan sesama jenis. B didukung oleh 90% rakyat pemilih."

Melalui sebuah acara yang diistilahkan dengan 'Pesta Demokrasi', maka otomatis si B menjadi pemimpin karena didukung oleh 90% rakyat pemilih. Dan otomatis pula pernikahan sesama jenis akan diterapkan sebagai sebuah keputusan negara dan dianggap menjadi sebuah kebenaran karena didukung oleh 90% rakyat

Padahal semua agama yang otomatis adalah perintah kebenaran dari Tuhan melarang pernikahan sesama jenis.

Maka amatlah tidak mengherankan jika di negara manapun yang menganut Sistem Demokrasi, keadaan negara akan 'disesuaikan' dengan kondisi dan keinginan rakyatnya. Sementara itu demokrasi sendiri digawangi oleh USA dan negara-negara sekuler lainnya. Maka otomatis kondisi suatu negara mana pun akan 'disesuaikan' dengan apa yang di inginkan oleh USA dan sekutunya tersebut. Liberal dan Kapitalis.

Negara kita yang berasaskan Pancasila sebenarnya sudah memberikan keindahan dasar-dasar bernegara dengan kelima silanya. Para pendiri negara amat paham betul dengan keadaan bangsa ini. Bahwa bangsa Indonesia yang masyarakatnya beragam ini harus berlandaskan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusian. Melalui semangat persatuan dapat merumuskan keinginan beragam rakyatnya melalui hikmah-hikmah yang dicapai dalam musyawarah wakil-wakil mereka untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Amatlah berbahaya jika seluruh rakyat yang amat beragam baik dari sisi ilmu dan pengetahuan maupun agama, suku, dan budaya ini diberikan 'wewenang' untuk memilih calon pemimpinnya atau melakukan keputusan-keputusan strategis kehidupan negara yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun