Zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Aceh mempunyai posisi penting. Kebudayaan di Aceh pada masa ini juga berkembang dengan pesat, salah satunya adalah bidang kesenian, dengan corak Islam yang kental.
Seniman serune kalee pada saat ini masih tergolong sedikit, faktor kesulitan pembelian alat yang telalu mahal hingga kurangnya referensi musikal untuk dapat mengolah serune kalee menjadi bagian garapan baru. Karya musik yang ada saat ini hasil dari para tokoh-tokoh. Tokoh seniman serune kalee pada saat ini dikenal dengan dua karakter.Â
Pertama seniman yang masih memainkan lagu serune kalee hasil dari kelompok kampung Pande. Kedua seniman yang mengetahui atau menguasai keragaman materi musik serune kalee namun bermain pada wilayah musik garapan serune kalee.Â
Seniman serune kalee pada tahun 1970-an dikenal orang-orang yang berdomisili di desa Kampung Pande Banda Aceh. Walaupun, ada juga seorang seniman serune kalee bertempat tinggal di desa Rima Banda Aceh.Â
Kedekatan pemain serune kalee desa Kampung  Pande dengan sanggar Pendopo Provinsi Aceh menjadikan mereka dikenal sebagai tokoh seniman serune kalee.Â
Dua tokoh besar dari desa Kampung Pande di antaranya adalah Abdullah Raja dan Ismail Sarong (B Ma'e) yang masih memiliki keturunan persaudaraaan dan Ceh Labo' dari Desa Rima dikenal sebagai tokoh seniman individu.Â
Ketiga tokoh dikenal oleh masyarakat ini lebih sering menggarap musik serune kalee dengan suasana India atau irama-irama lagu-lagu Aceh, karya-karya musik mereka hingga kini masih dikenang.Â
Musik serune kalee pada masa 1970-an lebih dikenal dengan mudah dikarenakan irama dan melodi yang diciptakan tidak rumit untuk didengarkan, selain dari itu juga musik serune kalee yang dibawakan dapat membuat suasana lebih khidmat, sehingga iring-iringan tersebut dapat merasakan kesakralan serta kemeriahan pada hari pelaksanaan intat linto baro.
Berdasarkan penjelasan di atas, instrumen tiup telah digunakan oleh masyarakat Aceh dari masa kerajaan. Namun, penamaan instrumen tersebut belum mendapat penjelasan secara pasti oleh masyarakat Aceh.Â
Penamaan serune kalee yang sampai saat ini telah mendapat penjelasan dan telah dikenal pada saat Islam masuk ke Aceh, serta intrumen tersebut telah digunakan dalam berbagai aktifitas masyarakat Aceh. Serune kalee mengalami perkembangan  dimulai dari tahun 1970 hingga kini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI