Mohon tunggu...
Rudi Sopiyadi
Rudi Sopiyadi Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK dan Pecinta Otomotif

Saya seorang guru SMK di Tangerang Selatan yang hobi pada dunia otomotif khususnya kendaraan bermesin dua stroke. "Salam Satu Asap"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asyiknya Menganalisis Nilai-Nilai dalam Hikayat dengan Model Problem Based Learning

7 Desember 2022   22:06 Diperbarui: 10 Desember 2022   21:12 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peseta didik mempresentasikan hasil diskusinya (dok. pribadi)

          

          Membaca karya sastra lama (hikayat) merupakan salah satu materi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMK. Pada materi tersebut, peserta didik tidak hanya diminta memahami bacaan, tetapi juga menganalisis nilai-nilai dan membandingkannya dengan cerpen. Pembelajaran tersebut termasuk ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi yang membutuhkan konsentrasi, strategi, dan pendukung lainnya.

          Sebagai seorang guru, pastinya saya ingin pembelajaran berhasil. Bahkan, saya membayangkan Peserta didik dengan cepat mampu menganalisis nilai-nilai dalam hikayat, aktif, dan antusias dalam pembelajaran. Namun, kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka nampak kesulitan memahami teks hikayat yang susunan kalimatnya berbelit-belit. Tidak hanya itu, beberapa kata dalam bahasa hikayat belum mereka pahami artinya.

"Hatta itu nama orang ya Pak? Kok, banyak Hatta-nya Pak?" Tanya siswa kelas X Akuntansi dengan wajah bingung. 

 

          Alur cerita dalam hikayat berbingkai. Selesai permasalah yang satu, muncul lagi permasalah cerita berikutnya. Perlu konsentrasi dalam memahami setiap peristiwa dalam cerita hikayat. Peserta didik  belum terbiasa berpikir kritis secara mandiri di zaman serba instan ini. Apalagi jika ada siswa yang malas, bisa saja mereka langsung searching hasil analisis orang lain di halaman pencarian dengan gawai mereka. Jadi, jangankan sampai tahap menganalisis nilai-nilai hikayat, membaca secara keseluruhan cerita saja belum tentu. "Panjang banget Pak teksnya." Ungkap beberapa siswa.

          Pengalaman praktik yang akan saya sampaikan di tulisan ini penting juga untuk saya pribadi sebagai bahan evaluasi, bahan reflesksi diri, dan bahan diskusi sesama guru untuk meningkatkan pembelajaran di kelas. Peran saya sebagai guru bahasa Indonesia, fasilitator dalam pembelajaran, dan pembelajar sepanjang hayat. Saya harus terus belajar lebih banyak lagi. Menjadikan pengalaman sebagai pembelajaran berharga  dalam hidup ini. Jika gagal bangkit lagi, jika jatuh bangun lagi.

          Sebagai seorang guru, tentunya saya bertanggung jawab dalam pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, menggunakan model pembelajaran inovatif, dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran dengan media, sarana, dan prasarana yang memadai.  Namun, tantangan dalam mencapai tujuan cukup banyak. Tantangan mulai dari  persiapan alat dan media pembelajaran yang menyita waktu, tenaga, dan pikiran; siswa yang belum terbiasa dengan kerja sama mutualisme; dan waktu yang terbatas untuk mempersiapkan itu semua.

         Selama PPG, saya banyak mendapat bimbingan dari dosen Arip Senjaya dari Untirta dan guru pamong Saroh Jarmin. Mereka banyak memberi arahan dan pemahaman kepada saya mengenai bagaimana cara pembelajaran hikayat di sekolah.

          Pembelajaran hikayat di sekolah jangan terlalu fokus pada teks klasik yang memang cukup rumit, bahkan ada cabang ilmu tersendiri yang mengkajinya, yakni filologi. Namun demikian, kita bisa memberikan wawasan kepada peserta didik jika suatu saat nanti tertarik  dengan sastra klasik, mereka bisa menekuni bidang filologi tersebut. Bukankah hal itu suatu kebanggaan tersendiri bagi guru jika peserta didiknya tertarik untuk menyelami khazanah kesusastraan Indonesia.

          Jika tuntutan dalam pembelajaran hikayat adalah menganalisis unsur intrinsik dan nilai-nilainya, sebaiknya guru memberi kemudahan kepada siswa dalam memahami isi hikayat yang dipelajari. Kemudahan tersebut bisa dengan cara guru menceritakan hikayat yang akan dipelajari, mengganti bahasa hikayat yang rumit dengan bahasa kekinian yang mudah diterima peserta didik, atau menampilkan video hikayat sehingga mereka mudah untuk menganalisis unsur intrinsik dan nilai-nilainya.

          Strategi yang saya gunakan dalam menunjang keberhasilan pembelajaran yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning. Model pembelajaran tersebut saya padukan dengan penggunaan media video hikayat dan pemilihan bahan-bahan pembelajaran yang memberi kemudahan dan memunculkan antusias dalam pembelajaran peserta didik.

         Kegiatan pembelajaran dibagai ke dalam tiga tahap, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan saya awali dengan salam, berdoa, mengajak bersyukur atas rahmat dan karunia dari tuhan, mengecek kehadiran, memberi motivasi, dan apersepsi.

         Kegiatan inti saya sesuaikan dengan sintaks model Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Satu atau dua paragraf kutipan hikayat saya tampilkan dengan media power point yang dibaca oleh peserta didik lalu saya memberikan beberapa pertanyaan sebagai gambaran orientasi terhadap masalah yang akan mereka selesaikan bersama.

         Seperti penjelasan sebelumya, saya memberi kemudahan kepada peserta didik dalam memahami cerita hikayat dengan menampilkan video hikayat. Setelah itu,   peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok diskusi kecil untuk menganalisis unsur intrinsik dan nilai-nilai teks cerita hikayat yang saya berikan. Pada tahap ini mereka dilatih untuk mampu berpikir kritis, mampu bekerja sama, dan mampu menunjukkan kreativitasnya.

          Masih dalam kegiatan inti, peserta didik menyampaikan hasil diskusinya mengenai hasil analisis terhadap unsur intrinsik dan nilai-nilai dalam hikayat. Peserta didik yang lain memberikan tanggapan berupa pertanyaan atau masukan kepada kelompok yang sedang presentasi. Pada kegiatan ini peserta didik dilatih untuk mampu berkomunikasi dengan baik dan menumbuhkan kepercayaan diri.

          Kegiatan terakhir dalam pembelajaran adalah penutup, di mana saya bersama peserta didik melakukan refleksi pembelajaran. Apakah pembelajaran tersebut menyenangkan dan bisa mereka pahami. Jika ada bagian yang belum mereka pahami bisa disampaikan untuk perbaikan pembelajaran kedepannya.

         Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning pada materi menganalisis unsur intrinsik dan nilai-nilai hikayat yang dipadukan dengan penggunaan media video pembelajan memberikan dampak positif. Beberapa dampak tersebut yaitu peserta didik semakin antusias dan aktif dalam pembelajaran dan meningkatnya hasil belajar mereka. Jadi penggunaan model pembelajaran tersebut sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik dan nilai-nilai hikayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun