Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pena Penuh Dosa dengan Tinta Air Mata Rakyat

12 Januari 2025   22:06 Diperbarui: 12 Januari 2025   22:06 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Tribunsumsel)

Mereka berkumpul dalam cerminan dosa yang tak terhapus,
Menyusun masa depan dengan darah yang tercurah.
Dengan pena dosanya mereka menuliskan keputusasaan,
Menghancurkan setiap harapan yang sempat tumbuh.
Walau rakyat terus bertahan dalam kemiskinan,
Para pemimpin terus melangkah tanpa peduli.

Mereka berkumpul dalam pesta yang tak pernah selesai,
Melupakan mereka yang terpuruk dalam kegelapan.
Dengan pena dosanya mereka mencetak kesengsaraan,
Mengejar kekuasaan yang tak akan pernah mereka bagikan.
Walau rakyat menangis dalam keputusasaan,
Mereka tetap berlindung di balik suara-suara palsu.

Mereka berkumpul dalam pengkhianatan yang tak terungkap,
Menjaga diri dengan membungkam segala protes.
Dengan pena dosanya mereka menandatangani kutukan,
Yang mengikat hidup rakyat dalam kebodohan.
Walau rakyat mencoba melawan,
Mereka tetap buta, tak ingin melihat kebenaran.

Mereka berkumpul dalam kebohongan yang terus tumbuh,
Membangun kerajaan dari penderitaan yang diciptakan.
Dengan pena dosanya mereka menulis sejarah,
Yang hanya menguntungkan segelintir orang.
Walau rakyat terus menderita dalam diam,
Para pemimpin tak pernah menoleh ke belakang.

Mereka berkumpul dalam kebijakan yang tak berbunyi,
Menyaksikan rakyat tersesat tanpa arah dan tujuan.
Dengan pena dosanya mereka merancang nasib,
Menghapus setiap mimpi yang tumbuh dalam kegelapan.
Walau rakyat terpuruk dalam keterbelakangan,
Mereka tetap menikmati kenyamanan yang tak seharusnya.

Mereka berkumpul dalam dunia yang penuh dusta,
Menyembunyikan kebenaran di balik gedung-gedung tinggi.
Dengan pena dosanya mereka mencetak masa depan,
Yang hanya berisi air mata dan keputusasaan.
Walau rakyat terus berjuang untuk hidup,
Mereka tetap bertahan, tak peduli pada penderitaan yang ada.

Mereka berkumpul dalam kedamaian yang palsu,
Menyusun janji-janji yang tak pernah ditepati.
Dengan pena dosanya mereka mengabadikan ketidakadilan,
Meninggalkan rakyat tanpa perhatian, tanpa kasih sayang.
Walau rakyat mencari cahaya,
Mereka tetap terjebak dalam kegelapan kebohongan.

Mereka berkumpul dalam tawa yang hampa,
Menertawakan penderitaan yang mereka ciptakan.
Dengan pena dosanya mereka terus menulis takdir,
Yang menghancurkan mimpi rakyat yang tak punya suara.
Walau rakyat berjuang dengan segala daya,
Mereka tetap mengukir sejarah dengan dosa yang tak terhapus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun