Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hilang Rasa

10 Januari 2025   23:31 Diperbarui: 10 Januari 2025   23:31 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Detikcom)


Hilang Rasa

Di tengah hujan yang tak kunjung reda,
Aku berdiri, menunggu waktu berlalu.
Setiap tetesnya seperti menggoyahkan hatiku,
Haruskah kubuang hati ini, yang terus merasakan kesakitan?
Aku tak tahu harus kemana mencari arah,
Namun rasa ini semakin memudar, entah kenapa.

Langit gelap, seakan tak ada cahaya,
Aku berjalan tanpa tujuan, hanya mengikuti jejak.
Setiap langkah terasa semakin berat,
Haruskah kubuang hati ini, yang penuh dengan keraguan?
Kata-kata yang dulu penuh makna kini hampa,
Hati ini seakan tak mampu lagi merasakan apapun.

Di setiap sudut hatiku, ada luka yang tak sembuh,
Pikiran ini dipenuhi kenangan yang menyakitkan.
Aku mencoba untuk melangkah maju,
Haruskah kubuang hati ini, yang selalu dihantui masa lalu?
Namun, langkahku terhenti di tengah jalan,
Karena hatiku tak mampu lagi percaya pada apapun.

Di malam yang sepi, aku bertanya pada diri sendiri,
Apa yang aku cari dalam hidup yang penuh kebingungan?
Setiap detik berlalu tanpa arti,
Haruskah kubuang hati ini, yang sudah tak bisa merasakan cinta?
Semua yang ada kini terasa jauh dan asing,
Seolah aku bukanlah siapa-siapa lagi di dunia ini.

Mereka bilang waktu akan menyembuhkan,
Namun aku masih terperangkap dalam luka yang dalam.
Harapan itu semakin memudar dengan setiap hari,
Haruskah kubuang hati ini, yang sudah lelah menanti?
Aku ingin melupakan semuanya, tetapi tak bisa,
Karena rasa ini tak pernah benar-benar pergi.

Hidup ini terasa seperti bayangan,
Tak ada yang jelas, semuanya samar.
Aku berusaha mengejar mimpi,
Haruskah kubuang hati ini, yang tidak lagi punya harapan?
Namun, meski aku mencoba untuk melepaskan,
Hati ini terus berontak, tak mau berhenti berharap.

Di setiap langkahku, aku merasa semakin jauh,
Jarak antara aku dan diriku sendiri semakin lebar.
Kata-kata yang pernah memberi semangat kini hanya hampa,
Haruskah kubuang hati ini, yang tak lagi tahu tujuan?
Aku mencari kedamaian, tetapi hanya menemui kegelisahan,
Dan setiap hari menjadi beban yang semakin berat.

Pagi datang, tetapi aku masih dalam kegelapan,
Bertanya-tanya apakah masih ada arti dalam hidup ini.
Hati ini terasa kosong, tak ada lagi yang bisa diandalkan,
Haruskah kubuang hati ini, yang telah kehilangan segala rasa?
Aku ingin menemukan cahaya, tapi sepertinya jauh,
Dan aku terjebak dalam malam yang tak berkesudahan.

Suara hati ini semakin berkurang,
Aku tak lagi mendengar bisikan lembutnya.
Semua yang aku lakukan terasa sia-sia,
Haruskah kubuang hati ini, yang tak lagi punya gairah?
Kehilangan itu semakin terasa, menghimpitku,
Dan aku bertanya, apakah masih ada kesempatan untuk bangkit?

Di tengah keramaian, aku merasa sangat kesepian,
Aku ingin berbicara, tetapi kata-kata tidak muncul.
Setiap hari terasa sama, penuh keheningan,
Haruskah kubuang hati ini, yang selalu dipenuhi kebisuan?
Aku ingin melupakan semua beban,
Tapi setiap kenangan datang menghantui, tak bisa kutepis.

Aku terus berjalan, meski langkah semakin berat,
Tapi tujuanku semakin kabur di mata.
Apa yang aku cari, dan apa yang harus kutemui?
Haruskah kubuang hati ini, yang penuh dengan kebingungan?
Hidup ini seakan tak memberi jawaban,
Dan aku merasa terjebak dalam waktu yang tak bergerak.

Malam-malam terasa lebih sunyi dari biasanya,
Aku berbaring, memikirkan segalanya yang telah hilang.
Perasaan ini semakin sulit dipahami,
Haruskah kubuang hati ini, yang terus mempertanyakan?
Aku ingin menemukan ketenangan,
Namun hatiku terus meronta, tak bisa diredakan.

Aku mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri,
Namun bayang-bayang masa lalu terus mengikutiku.
Setiap detik berlalu tanpa perasaan,
Haruskah kubuang hati ini, yang penuh dengan penyesalan?
Aku ingin melangkah maju, tetapi terhambat,
Karena hatiku masih terikat pada kenangan yang tak ingin lepas.

Hari-hari berlalu, namun aku tetap sama,
Hidup ini seperti putaran yang tak kunjung berakhir.
Aku mencari alasan untuk bertahan,
Haruskah kubuang hati ini, yang sudah lelah mencari arti?
Keinginan untuk menyerah semakin kuat,
Namun sesuatu dalam hatiku terus mengingatkan untuk tidak berhenti.

Pikiranku terperangkap dalam kebingungan,
Aku ingin tahu apa yang harus kulakukan.
Setiap pilihan terasa salah,
Haruskah kubuang hati ini, yang selalu ragu dengan keputusan?
Aku berusaha untuk menemukan jawaban,
Namun yang kutemui hanya kebingungan yang tak terpecahkan.

Aku menatap langit, mencari petunjuk,
Namun tak ada yang datang untuk memberi arah.
Keputusasaanku semakin dalam,
Haruskah kubuang hati ini, yang hanya membawa kesakitan?
Aku tak tahu harus berbuat apa,
Karena rasa ini terlalu kuat untuk diabaikan.

Dalam hening, aku mencoba mencari kedamaian,
Namun dunia terus berputar, meninggalkan aku di belakang.
Setiap harapan semakin memudar,
Haruskah kubuang hati ini, yang hanya mengandung kehampaan?
Aku berusaha untuk melupakan,
Tapi kenangan itu terus menghantui tanpa ampun.

Mereka bilang, "Waktu akan menyembuhkan,"
Tapi aku merasa waktu justru melukai lebih dalam.
Aku ingin melupakan semua,
Haruskah kubuang hati ini, yang sudah penuh dengan luka?
Tapi meski aku mencoba untuk menahan,
Hati ini tetap terasa terluka, tak bisa dipulihkan.

Di antara keramaian, aku terperangkap dalam kesendirian,
Aku tak tahu bagaimana cara untuk keluar.
Setiap langkahku terasa seperti beban,
Haruskah kubuang hati ini, yang terus mencari arti?
Aku ingin mengakhirinya, tetapi hatiku menolak,
Karena rasa ini terus bertahan meskipun terluka.

Pada akhirnya, aku berdiri di sini,
Menghadapi kenyataan yang pahit dan menyakitkan.
Apa yang harus kulakukan untuk melanjutkan hidup?
Haruskah kubuang hati ini, atau tetap menjaganya?
Meski segalanya terasa hilang,
Aku masih berpegang pada harapan yang samar, berharap suatu saat ada jalan keluar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun