Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Putus Asa

5 Januari 2025   20:11 Diperbarui: 5 Januari 2025   20:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putus Asa

Sudah kucoba menyulam harapan di tengah gelap malam,
Menyusun mimpi dari puing-puing keputusasaan,
Namun badai terus datang tanpa jeda,
Putus asa merayap di sela-sela doa,
Apakah ini akhir dari perjuangan panjang,
Ataukah hanya jeda dalam langkahku yang pincang?

Sudah kucoba berdiri di atas reruntuhan jiwa,
Membalut luka dengan doa-doa sunyi,
Namun nyeri tetap menghujam tanpa ampun,
Putus asa menggulung seluruh asa yang kupunya,
Apakah Tuhan masih mendengar tangisanku,
Atau telah pergi meninggalkan aku dalam kelam?

Sudah kucoba mencari terang di balik kelabu,
Menyalakan lentera di tengah badai kejam,
Namun sinarnya redup, lenyap ditelan angin,
Putus asa mengunci pintu harapan terakhir,
Adakah jalan lain yang tak kutemukan,
Ataukah ini hanya ujian yang terlalu berat?

Sudah kucoba menggenggam erat sisa-sisa mimpi,
Meski retaknya tak bisa lagi kurekatkan,
Namun kehampaan ini terus memelukku erat,
Putus asa mengubah mimpi jadi bayang semu,
Dimanakah akhir dari lorong gelap ini,
Ataukah aku terjebak selamanya di dalamnya?

Sudah kucoba menangis hingga tak ada lagi air mata,
Meluapkan semua luka yang tersembunyi,
Namun tangis ini hanya menggema dalam sunyi,
Putus asa menyelimuti batinku tanpa ampun,
Masihkah ada hari di mana aku dapat tersenyum,
Atau semua ini hanya cerita tanpa akhir bahagia?

Sudah kucoba melawan gelombang kehidupan,
Meski tubuhku rapuh diterjang kesakitan,
Namun ombak ini terlalu kuat menghantam,
Putus asa meruntuhkan tembok keyakinanku,
Adakah surga di balik neraka ini,
Atau semuanya hanya ilusi yang kurangkai?

Sudah kucoba berbicara pada diriku sendiri,
Menguatkan hati yang hampir patah,
Namun suaraku hilang dalam riuh sunyi,
Putus asa menutup telinga dan hatiku,
Masihkah ada suara yang akan menjawabku,
Atau aku hanya berbicara pada kehampaan?

Sudah kucoba menyulam cinta dari serpihan luka,
Namun benang itu terlalu rapuh untuk bertahan,
Dan angin menggoyahkan semuanya kembali,
Putus asa mengganti cinta dengan kehampaan,
Dimanakah janji-janji yang dulu kukira nyata,
Ataukah semuanya hanya fatamorgana?

Sudah kucoba mengais sisa keberanian yang ada,
Namun langkahku terlalu berat untuk dilangkahkan,
Dan setiap jejak hanya meninggalkan rasa perih,
Putus asa mencengkramku hingga tak bisa bergerak,
Masihkah ada ruang untukku melangkah lagi,
Ataukah aku harus menyerah pada kekalahan?

Sudah kucoba menerjemahkan arti dari penderitaan,
Namun maknanya terlalu kabur untuk kupahami,
Dan setiap kata hanya meninggalkan kebingungan,
Putus asa menjadi bahasa yang menguasai,
Apakah penderitaan ini ada akhirnya,
Ataukah ia hanya siklus yang tak pernah berhenti?

Sudah kucoba memeluk malam dengan kesendirian,
Menggenggam bayang yang terus menghilang,
Namun dinginnya menusuk hingga ke tulang,
Putus asa melipatkan kehangatan dalam kenangan,
Masihkah ada pagi yang membawa sinar mentari,
Atau malam ini akan abadi tanpa akhir?

Sudah kucoba menggapai bintang yang berkilauan,
Namun jaraknya terlalu jauh dari jangkauan,
Dan tanganku terluka karena jatuh berkali-kali,
Putus asa menjadikan mimpi hanya khayalan,
Dimanakah harapan yang pernah kubangun,
Ataukah telah hilang bersama waktu yang berlalu?

Sudah kucoba menyusuri jalan yang berliku,
Meski bebannya kian berat di setiap langkah,
Namun kakiku tersandung oleh batu-batu tajam,
Putus asa menahanku dalam lingkaran tanpa ujung,
Adakah cahaya di ujung jalan ini,
Atau aku hanya terjebak dalam labirin tak bertepi?

Sudah kucoba mendengar bisikan lembut dari hatiku,
Namun suara itu perlahan memudar dalam hening,
Dan ruang kosong kian memenuhi jiwa,
Putus asa mengisi setiap sudut pikiranku,
Masihkah ada jawaban untuk semua pertanyaan ini,
Ataukah hanya diam yang menjadi sahabatku?

Sudah kucoba membangun benteng dari keyakinan,
Namun serangan kehidupan terlalu hebat,
Dan dinding itu runtuh tanpa bisa kubangun lagi,
Putus asa menghancurkan fondasi yang tersisa,
Dimanakah Tuhan dalam semua ini,
Ataukah aku telah jauh dari pandangan-Nya?

Sudah kucoba menulis cerita yang penuh harapan,
Namun tintanya habis di tengah kisah,
Dan lembar-lembar itu hanya penuh coretan,
Putus asa merobek halaman demi halaman,
Akankah ada pena baru untuk melanjutkan,
Ataukah kisah ini selesai tanpa akhir yang indah?

Sudah kucoba mencari arti dari kehilangan,
Namun jawabannya hanya menambah luka,
Dan hati ini terlalu lemah untuk bertahan,
Putus asa menyelimuti setiap tarikan napasku,
Masihkah ada ruang untuk mencintai lagi,
Ataukah cinta hanya ilusi yang mematahkan jiwa?

Sudah kucoba memanjat doa ke langit tinggi,
Namun angin membawa pergi setiap bisikannya,
Dan aku terdiam dalam keheningan yang pekat,
Putus asa mengubur setiap harapan yang kupunya,
Apakah langit pernah mendengar jeritanku,
Ataukah aku hanya berbicara pada kehampaan?

Sudah kucoba menyeka air mata dengan senyuman,
Namun senyum itu hanya topeng tanpa makna,
Dan tangisku kembali hadir tanpa permisi,
Putus asa menghapus setiap jejak keberanian,
Masihkah ada tawa di balik semua kesedihan ini,
Ataukah kebahagiaan telah pergi selamanya?

Sudah kucoba menghidupkan api semangat yang redup,
Namun kayunya terlalu basah untuk menyala,
Dan dingin ini terlalu menggigit untuk dilawan,
Putus asa membuatku pasrah dalam kegelapan,
Masihkah ada percik yang bisa kumulai lagi,
Ataukah aku harus menyerah pada gelap yang abadi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun