Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Harapan Hampa

5 Januari 2025   17:06 Diperbarui: 5 Januari 2025   17:06 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (NU Online)

Harapan Hampa

Di ujung senja, langkahku terhenti,
Menggenggam mimpi yang tak kunjung pasti,
Seperti bayangan yang hilang dan tak kembali,
Aku terus berharap meski hati terasa mati,
Biarlah harapan ini menjadi pelipur sunyi,
Dan mimpi tetap bersemayam dalam nurani.

Angin malam berbisik lirih di telinga,
Menyampaikan janji yang tak kunjung tiba,
Namun aku bertahan meski jiwa tak kuasa,
Mencari arti di balik luka yang terasa,
Biarlah harapan ini menjadi cahaya cinta,
Yang terus bersinar di tengah gulita.

Di lorong waktu, aku melangkah perlahan,
Meraba asa dalam gelap yang tak tertahan,
Meski dunia menawarkan duka dan keraguan,
Aku tetap percaya pada kekuatan harapan,
Biarlah harapan ini menjadi perjalanan,
Yang mengantar jiwa menuju kedamaian.

Bulan purnama mengintip dari balik awan,
Menyinari malam dengan sinar yang perlahan,
Namun hatiku tetap dilanda keraguan,
Karena waktu menguji setiap keyakinan,
Biarlah harapan ini menjadi teman perjalanan,
Yang menuntun langkah menuju tujuan.

Hujan turun, membasuh luka yang tersembunyi,
Menyelimuti jiwa dengan dingin yang tak terperi,
Namun dalam basah ini, aku menemukan arti,
Bahwa hidup adalah tentang bangkit kembali,
Biarlah harapan ini menjadi semangat diri,
Yang takkan padam meski badai menghampiri.

Di tengah keramaian, aku merasa sendiri,
Ditelan sunyi yang menguasai hati,
Namun aku tetap menggenggam mimpi,
Menanti esok dengan senyuman yang tersembunyi,
Biarlah harapan ini menjadi janji,
Yang menguatkan jiwa untuk terus berdiri.

Seperti daun yang luruh di musim yang beku,
Aku merasa hilang, rapuh tanpa sesuatu,
Namun akar harapan di dalam hatiku,
Tetap kokoh meski badai kerap membelenggu,
Biarlah harapan ini menjadi penyatu,
Yang menjaga aku dari rasa pilu.

Matahari pagi menyambut dengan senyumnya,
Namun jiwaku masih gelap dalam pekatnya,
Aku bertanya, kapan terang datang menyapa,
Menyingkirkan malam yang menyelimuti asa,
Biarlah harapan ini menjadi pelita,
Yang takkan padam meski gelap mendera.

Aku bernyanyi meski suara tak terdengar,
Melantunkan doa pada yang Maha Besar,
Memohon kekuatan di tengah badai yang menggetar,
Agar langkahku tetap teguh, tak lagi gentar,
Biarlah harapan ini menjadi sinar,
Yang menuntunku keluar dari duka yang menyebar.

Waktu terus berjalan, tak mau menunggu,
Meninggalkan luka yang semakin menggebu,
Namun aku tahu, di balik setiap pilu,
Ada hikmah yang menanti untuk kutemukan di situ,
Biarlah harapan ini menjadi jalan baru,
Yang mengantar pada kebahagiaan yang satu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun