Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tersulut

4 Januari 2025   23:21 Diperbarui: 4 Januari 2025   23:53 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersulut

Tersulut api di dada yang gelisah,
Berhembus angin membawa kabut pekat.
Dalam hening, suara bergema samar,
Menunggu waktu untuk meledak,
Seperti bara yang tak bisa padam,
Pikiran terguncang oleh kemarahan.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Kita terperangkap dalam kelamnya malam.
Setiap langkah terasa berat,
Semua jalan berujung tembok tinggi,
Dan tak ada yang tahu bagaimana keluar,
Selain menanti gerakan kecil dari dalam.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Langit murung, berawan hitam pekat.
Gema keputusasaan menyertai,
Menyelubungi ruang tanpa cahaya,
Hati ingin berteriak, namun terdiam,
Tak ada suara yang cukup keras.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Melawan arus yang tak kenal ampun.
Lalu datang angin yang menambah derita,
Meniup harapan yang mulai pudar,
Tapi di bawahnya, ada kekuatan tersembunyi,
Yang mungkin tak terlihat oleh mata.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Berjuang dalam kesepian yang tajam.
Mencari cahaya di tengah kegelapan,
Meskipun segala sesuatu terasa jauh,
Sebuah tangan yang tidak tampak menggapai,
Menyentuhnya dengan lembut, memberikan harapan.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Mengguncang jantung yang sudah lelah.
Namun di balik setiap rasa sakit,
Ada pelajaran yang membentuk jiwa,
Mengajar keteguhan dalam berjuang,
Sambil menunggu waktu yang tepat.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Mencari keadilan di dunia yang penuh dusta.
Mereka berkata, "Bersabarlah",
Tapi seberapa lama kita harus menunggu?
Ketika hati sudah penuh dengan amarah,
Tersulut api yang tak bisa lagi dipadamkan.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Bertanya-tanya tentang arti setiap detik.
Sebuah harapan yang terus bergelayut,
Meski sering kali tertimpa kekecewaan,
Namun tak ada pilihan selain terus berjalan,
Di bawah bayang-bayang yang semakin pekat.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Saat dunia terasa terbalik dan bimbang.
Apa yang seharusnya dilakukan,
Ketika suara hati hanya berbisik lemah,
Dan langkah-langkah terasa semakin berat,
Tapi tak ada jalan mundur dari sini.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Menari dalam kebingungan yang tak berujung.
Ke mana kita harus pergi,
Saat semua pilihan terasa sia-sia?
Hati bertanya, tapi tak ada jawaban,
Di balik api yang terus membakar dalam diam.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Mencari keseimbangan yang hilang.
Namun dunia memutar dan mengarah,
Ke arah yang tak pernah kita duga.
Apakah semua ini hanya takdir,
Ataukah kita yang salah dalam langkah?

Tersulut api di dada yang gelisah,
Kepala penuh dengan pertanyaan tanpa jawaban.
Apa yang bisa dilakukan selain bertahan?
Jika hanya ada kebingungan dan amarah,
Jangan biarkan api memakan semua,
Ada waktu untuk menenangkan kembali hati.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Kekacauan yang mengisi ruang.
Namun ada satu hal yang pasti,
Api itu akhirnya padam dengan waktu.
Karena meski kita terhantam badai,
Keheningan akan datang membawa kedamaian.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Ketika kita tahu bahwa semua akan berlalu.
Tak ada yang abadi selain perubahan,
Sementara kita belajar untuk meredam,
Dan menghadapi dunia yang keras ini,
Dengan kepala tegak, meski hati terluka.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Namun seiring waktu, kita temukan kekuatan.
Semuanya dimulai dari dalam diri,
Untuk meredakan api yang membakar jiwa,
Dan memberi ruang bagi harapan baru,
Yang mungkin datang saat kita sudah siap.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Saat akhirnya kita menemukan ketenangan.
Apa yang dulu terlihat menakutkan,
Kini hanya kenangan yang perlahan pudar.
Api yang dulu membakar, kini padam,
Meninggalkan ruang bagi kehidupan yang lebih baik.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Kita belajar bahwa setiap perjalanan panjang,
Harus ditempuh dengan keberanian,
Meskipun banyak tantangan dan cobaan.
Tapi percayalah, setiap langkah,
Akan membawa kita menuju kedamaian sejati.

Tersulut api di dada yang gelisah,
Namun akhirnya kita menemukan arah.
Dengan kebijaksanaan yang datang setelah badai,
Dan kekuatan untuk berdiri kembali,
Kini kita tahu, meskipun dunia keras,
Kita bisa bertahan dan mengatasi segala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun