Tersulut api di dada yang gelisah,
Mencari keseimbangan yang hilang.
Namun dunia memutar dan mengarah,
Ke arah yang tak pernah kita duga.
Apakah semua ini hanya takdir,
Ataukah kita yang salah dalam langkah?
Tersulut api di dada yang gelisah,
Kepala penuh dengan pertanyaan tanpa jawaban.
Apa yang bisa dilakukan selain bertahan?
Jika hanya ada kebingungan dan amarah,
Jangan biarkan api memakan semua,
Ada waktu untuk menenangkan kembali hati.
Tersulut api di dada yang gelisah,
Kekacauan yang mengisi ruang.
Namun ada satu hal yang pasti,
Api itu akhirnya padam dengan waktu.
Karena meski kita terhantam badai,
Keheningan akan datang membawa kedamaian.
Tersulut api di dada yang gelisah,
Ketika kita tahu bahwa semua akan berlalu.
Tak ada yang abadi selain perubahan,
Sementara kita belajar untuk meredam,
Dan menghadapi dunia yang keras ini,
Dengan kepala tegak, meski hati terluka.
Tersulut api di dada yang gelisah,
Namun seiring waktu, kita temukan kekuatan.
Semuanya dimulai dari dalam diri,
Untuk meredakan api yang membakar jiwa,
Dan memberi ruang bagi harapan baru,
Yang mungkin datang saat kita sudah siap.
Tersulut api di dada yang gelisah,
Saat akhirnya kita menemukan ketenangan.
Apa yang dulu terlihat menakutkan,
Kini hanya kenangan yang perlahan pudar.
Api yang dulu membakar, kini padam,
Meninggalkan ruang bagi kehidupan yang lebih baik.
Tersulut api di dada yang gelisah,
Kita belajar bahwa setiap perjalanan panjang,
Harus ditempuh dengan keberanian,
Meskipun banyak tantangan dan cobaan.
Tapi percayalah, setiap langkah,
Akan membawa kita menuju kedamaian sejati.
Tersulut api di dada yang gelisah,
Namun akhirnya kita menemukan arah.
Dengan kebijaksanaan yang datang setelah badai,
Dan kekuatan untuk berdiri kembali,
Kini kita tahu, meskipun dunia keras,
Kita bisa bertahan dan mengatasi segala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H