Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tersingkir

31 Desember 2024   09:12 Diperbarui: 31 Desember 2024   09:12 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin berhembus, membawa harum janji,
Bahwa tiap malam pasti diganti pagi,
Aku menata puing-puing dalam nurani,
Berjuang meski sendiri, tanpa henti,
Tak peduli sejauh apa dunia pergi,
Aku masih ada, melawan sunyi.

Setiap luka membentuk sayap tak terlihat,
Membawa diriku terbang lebih dekat,
Ke tempat di mana mimpiku erat,
Bukan pada dunia yang penuh pekat,
Tersingkir memang menyakitkan berat,
Namun darinya kutemukan langkah yang kuat.

Dalam sunyi, kurangkai doa yang tulus,
Menitipkan harap pada langit yang halus,
Sebab aku tahu, meski badai mengarus,
Tak ada perjuangan yang benar-benar pupus,
Tersingkir hanya permulaan yang berarus,
Dan hidup selalu menyimpan rahasia terus.

Kini aku berdiri di antara dua dunia,
Yang dulu menyakitkan dan yang penuh asa,
Aku melihat bayangku yang dulu terluka,
Kini menjadi kenangan penuh makna,
Tersingkir telah mengajarkan sebuah cerita,
Bahwa kekuatan lahir dari rasa hampa.

Di balik luka, aku temukan senyum sendiri,
Tertawa pada dunia yang dulu mencaci,
Sebab aku tahu, bukan mereka yang berarti,
Melainkan diriku, meski jatuh berkali,
Tersingkir adalah perjalanan yang melatih diri,
Untuk menjadi cahaya yang tak pernah mati.

Langkahku kini mantap di atas tanah,
Menatap dunia tanpa rasa resah,
Sebab tersingkir tak lagi membuatku lelah,
Aku berdiri di balik tiap kisah,
Tertawa pada rintangan yang tak pernah sudah,
Sebab aku telah menjadi jiwa yang tabah.

Angin kembali berhembus membawa pesan,
Bahwa dunia ini hanyalah perjalanan,
Tak peduli seberapa keras rintangan,
Aku percaya pada tiap titisan perjuangan,
Tersingkir hanya bagian kecil pengalaman,
Yang kini kupeluk dengan penuh kesadaran.

Aku berjalan, kini tanpa takut lagi,
Sebab langkahku milik hati sendiri,
Tak perlu lagi dunia untuk mengerti,
Sebab tersingkir telah membuatku berdiri,
Lebih kokoh, lebih tinggi, lebih berarti,
Aku adalah diriku, tanpa kompromi.

Jika dunia mencoba menjatuhkan lagi,
Aku tahu, aku tak akan berhenti,
Tersingkir telah menjadi bagian diri,
Mengukir kekuatan di dalam hati,
Aku adalah pelaut di laut sepi,
Yang menemukan pulau di ujung mimpi.

Kini aku berdiri dengan kepala tegak,
Melihat dunia yang dulu terasa gelap,
Aku tersingkir, tapi tak lagi meratap,
Sebab dari luka, aku kini lengkap,
Tersingkir bukan akhir yang merenggut napas,
Melainkan awal perjalanan yang lebih mantap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun