Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menghalau Keraguan

30 Desember 2024   21:14 Diperbarui: 31 Desember 2024   01:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghalau Keraguan 

Tahun baru seolah menyapa dengan wajah tak terduga, penuh dengan keraguan dan ketidakpastian yang meresap dalam setiap detak jantung. Kita melangkah dengan perlahan, ragu, menatap masa depan yang belum jelas bentuknya. Seperti seorang pelayar yang terombang-ambing di tengah samudra yang bergelora, kita tidak tahu kemana angin akan membawa. Situasi global semakin tak menentu, dan di balik setiap tikungan, terdapat bayang-bayang resesi yang mengintai. Dunia, seperti potret yang retak, seakan tak mampu lagi mempertahankan keindahan yang dulu ada. Peperangan seakan menjadi hantu yang tak pernah pergi, menggerogoti asa dan harapan. Wajah-wajah yang penuh keceriaan di masa lalu kini dipenuhi dengan kecemasan akan apa yang akan datang. Di tengah semua itu, perubahan iklim menggigit, menghancurkan segala bentuk kehidupan yang telah lama terbiasa dengan ritme lama. Kita bertanya-tanya, apakah kita siap untuk menghadapi semua yang belum terjawab?

Kebimbangan datang begitu mendalam, seperti kabut tebal yang menyelimuti setiap langkah kita. Tidak ada yang pasti, tidak ada yang tampak jelas. Dunia ini terasa seperti sebuah buku yang belum selesai ditulis, dengan setiap halaman yang terbuka penuh dengan tanda tanya. Kita berusaha mencari pegangan, tetapi semua yang kita sentuh terasa rapuh dan mudah hancur. Perekonomian dunia yang kian terpuruk menjadi pelajaran pahit yang tak bisa dihindari. Resesi seperti badai yang datang tiba-tiba, merobek segala yang ada di jalannya. Ketidakpastian semakin besar, memaksa kita untuk bertanya, apakah ada harapan di ujung jalan gelap ini? Atau akankah kita terus terperangkap dalam lingkaran kekhawatiran yang tiada ujungnya?

Di tengah segala kegelisahan, ada rasa takut yang terus menggelayuti. Ketakutan itu datang dalam bentuk bayang-bayang yang menjalar pelan, menyusup ke dalam pikiran yang rapuh. Apakah kita cukup kuat untuk bertahan? Apakah kita memiliki keberanian untuk menghadapi ketidakpastian yang semakin menghimpit? Setiap langkah yang kita ambil terasa berat, seperti melangkah di atas pasir yang bergerak, menuntut keseimbangan yang rapuh. Dunia yang dulu terasa begitu stabil kini berputar liar, dan kita hanyalah penumpang yang tak bisa mengendalikan arah. Kebimbangan dan ketakutan itu seolah tak bisa dipisahkan, seperti dua sisi mata uang yang selalu berdampingan.

Kita berpikir tentang tahun-tahun yang telah berlalu, dengan segala kenangan yang tersisa di dalamnya. Namun, kenangan itu kini terasa pudar, seakan dibawa angin yang tak kenal ampun. Setiap keputusan yang kita buat terasa seperti percakapan dengan bayang-bayang, yang tak pernah bisa benar-benar kita pegang. Kita mencari makna di balik kebingungannya, tetapi dunia ini terlalu besar untuk dipahami oleh akal yang terbatas. Apakah kita hanya akan terus mengikuti arus, ataukah kita akan menemukan jalan untuk mengubah arah? Pertanyaan itu terus menghantui setiap langkah yang kita ambil.

Bencana demi bencana datang bertubi-tubi, menguji ketahanan kita. Perekonomian yang rapuh, peperangan yang merusak, perubahan iklim yang semakin menggila -- semuanya seperti bayang-bayang gelap yang semakin mendekat. Kita merasa tak mampu menghadapinya, seolah tak punya cukup kekuatan untuk berdiri tegak. Namun, dalam keraguan yang mendalam ini, kita tahu bahwa satu hal pasti: kita harus melangkah, meski dalam kegelapan. Dunia ini mungkin tak akan kembali seperti dulu, tetapi mungkin kita bisa menemukan cara baru untuk bertahan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, namun kita tahu bahwa kita harus tetap berjalan.

Ketidaksiapan kita untuk memasuki tahun baru bukanlah hal yang mengherankan. Seperti seseorang yang berdiri di tepi jurang, kita ragu untuk melangkah ke depan. Semua yang telah terjadi sebelumnya seakan mengajari kita untuk berhati-hati, untuk tidak terburu-buru. Namun, meski kita takut, meski kita merasa tidak siap, kita tak bisa berhenti. Waktu terus berjalan, dan kita pun harus terus melangkah, meski dengan hati yang penuh ketakutan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok, tetapi kita harus tetap maju.

Keraguan seakan menjadi teman setia dalam perjalanan ini. Dalam setiap detik yang berlalu, kita merasa terjebak antara keinginan untuk maju dan ketakutan akan masa depan yang tak menentu. Kita berjuang untuk menemukan pegangan di tengah badai kehidupan yang tak pernah reda. Dunia ini terasa seperti jalan yang tidak ada ujungnya, dan kita berjalan di atasnya, melawan arus yang tak bisa kita kendalikan. Namun, mungkin itu adalah satu-satunya pilihan yang kita punya -- untuk tetap melangkah, meski dengan langkah yang tidak pasti.

Kekhawatiran itu menghantui kita dari segala arah. Ada begitu banyak yang harus dipertimbangkan, begitu banyak yang harus dipikirkan. Kita takut salah memilih, takut mengambil langkah yang keliru. Namun, dalam hati yang penuh ketidakpastian ini, ada satu hal yang jelas: kita harus membuat pilihan. Ketakutan dan kebimbangan akan selalu ada, tetapi kita tidak bisa membiarkannya menghalangi kita. Kita harus terus bergerak, meski langkah kita berat dan lambat.

Setiap hari terasa seperti pertempuran batin yang tak berkesudahan. Di satu sisi, ada dorongan untuk maju, untuk menghadapi segala tantangan yang ada di depan kita. Namun di sisi lain, ada ketakutan yang terus menghalangi, mengingatkan kita akan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Dunia ini terasa seperti medan perang, di mana setiap langkah kita adalah keputusan yang menentukan. Kita tidak tahu apakah langkah kita akan membawa kita pada kemenangan atau kehancuran, tetapi kita tahu bahwa kita tidak bisa berhenti. Keraguan itu mungkin tidak akan hilang, tetapi kita harus tetap melangkah.

Seiring berjalannya waktu, keraguan itu semakin mendalam, seperti air yang perlahan menggenang dalam bejana yang sudah rapuh. Setiap langkah yang kita ambil terasa semakin berat, dan kita mulai meragukan kemampuan kita untuk terus maju. Namun, dalam setiap keraguan itu, ada juga kekuatan yang muncul. Seperti bunga yang tumbuh di tengah bebatuan, kita belajar untuk bertahan meskipun keadaan sekitarnya sangat keras. Ketidakpastian tidak akan pernah hilang, tetapi kita bisa memilih untuk bertahan dan terus maju.

Tahun baru ini terasa seperti lembaran kosong yang menunggu untuk diisi. Kita merasa tidak tahu apa yang harus ditulis di atasnya, dan setiap kata yang kita pilih terasa seperti beban yang harus dipikul. Tetapi mungkin itu adalah bagian dari perjalanan -- untuk menulis cerita kita sendiri di tengah kebingungannya. Keraguan itu akan selalu ada, tetapi kita bisa memilih untuk tidak membiarkannya menguasai kita. Dunia ini memang penuh dengan ketidakpastian, tetapi kita masih punya kekuatan untuk menentukan arah kita.

Dalam gelapnya malam yang panjang, kita berusaha mencari secercah cahaya. Ketidakpastian ini mungkin takkan pernah hilang, tetapi kita masih bisa menemukan cara untuk bertahan. Seperti burung yang terbang melawan angin, kita harus terus maju meski rintangan terasa berat. Keraguan dan kebimbangan itu mungkin akan menemani setiap langkah kita, tetapi kita tidak bisa membiarkannya menghentikan perjalanan kita. Dunia ini mungkin tak pernah sama lagi, tetapi kita masih punya kesempatan untuk menulis kisah kita.

Menghadapi ketidakpastian ini, kita tahu bahwa kita tak bisa merubah apa yang sudah terjadi. Namun, kita masih bisa memilih bagaimana menghadapi masa depan. Keraguan itu tak akan pergi begitu saja, tetapi kita bisa belajar untuk menghadapinya. Setiap langkah yang kita ambil adalah langkah menuju pemahaman, menuju penemuan tentang bagaimana kita bisa bertahan di tengah kekacauan ini. Dunia ini penuh dengan ketidakpastian, tetapi kita masih punya harapan. Kita masih punya kesempatan untuk melangkah.

Di tengah semua ketidakpastian yang menyelimuti, kita harus sadar bahwa masa depan tidak sepenuhnya ditentukan oleh kekhawatiran atau ketakutan yang kita rasakan sekarang. Tahun baru bukanlah sekadar pergantian angka, tetapi juga sebuah kesempatan untuk menyatukan tekad, merajut harapan, dan mulai memperbaiki kesalahan yang telah lalu. Untuk itu, kita harus belajar melupakan perbedaan, tidak membiarkan perpecahan merusak harapan akan dunia yang lebih baik. Kita bisa menatap masa depan dengan penuh keyakinan jika kita bersatu dalam semangat hidup damai dan saling menolong. Hanya dengan kebersamaan, kita dapat menghadapi tantangan yang ada dan menyusun langkah-langkah kecil menuju perubahan yang lebih besar.

Menyadari kekeliruan yang telah kita perbuat adalah langkah pertama untuk memperbaiki dunia di sekitar kita. Setiap kesalahan yang kita buat bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari pembelajaran dan perbaikan. Dengan tekad yang kuat untuk menjadi lebih baik, kita bisa mengubah ketidakpastian menjadi peluang, kegelisahan menjadi kedamaian. Jika kita bersama-sama berkomitmen untuk hidup dengan saling menghormati dan menjaga satu sama lain, maka tahun baru ini akan membawa kita pada jalan yang penuh harapan. Meskipun tantangan masih akan ada, keyakinan kita pada kemampuan untuk berubah dan memperbaiki diri akan menjadi kekuatan yang tak tergoyahkan.

Harapan untuk tahun baru bukanlah hal yang datang begitu saja; ia harus dibangun dengan usaha dan niat yang tulus. Di saat dunia terasa penuh dengan ketidakpastian, kita harus ingat bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan. Ketika kita mau bersatu, bertekad untuk hidup damai, dan saling mendukung, kita memberi dunia alasan untuk percaya pada kebaikan yang akan datang. Tahun baru ini bisa menjadi tonggak baru, asalkan kita memiliki semangat untuk memperbaiki diri dan saling menolong. Maka, dengan langkah bersama, kita bisa menghadapi masa depan dengan penuh harapan, yakin bahwa kita mampu menempuh jalan menuju kedamaian dan kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun