Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hari Esok yang Telah Berlalu

19 Desember 2024   22:17 Diperbarui: 21 Desember 2024   20:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi senja (dibuat memakai DALL-E Open AI)

Hari Esok yang Telah Berlalu

Hari esok yang dulu terang benderang,
Kini menjadi bayang-bayang yang hilang.
Janji waktu yang tak pernah kembali,
Hanya tersisa sunyi yang terus mengintai.
Di mana cahaya yang dulu menjadi pandai?

Langkah menuju masa depan gemilang,
Kini terkubur dalam lorong yang bimbang.
Arah yang dulu teguh dan jelas,
Kini sirna, terbenam dalam waktu yang malas.
Hari esok berlalu, tak lagi terasa lepas.

Kita pernah bermimpi menembus langit,
Namun angan itu runtuh, remuk di balik sakit.
Hari esok menjelma menjadi masa lalu,
Meninggalkan hati yang tak mampu berlalu.
Seperti debu yang hilang tanpa ragu.

Lagu tentang harapan yang bergema indah,
Kini sunyi, tinggal melodi yang patah.
Hari esok seperti ombak yang pergi,
Meninggalkan pantai dalam bisikan sepi.
Mengapa janji itu kini tak berarti?

Dulu, fajar membawa janji-janji pagi,
Namun kini ia lenyap tanpa pernah kembali.
Hari esok yang dulu kita perjuangkan,
Hanya meninggalkan luka dalam kenangan.
Di mana semangat itu yang dulu menguatkan?

Kita pernah percaya pada waktu yang abadi,
Namun ia berlalu dengan angkuh, tanpa simpati.
Hari esok yang penuh mimpi manis,
Kini terasa pahit, membekas dalam tangis.
Mengapa waktu begitu cepat habis?

Setiap jejak yang kita tinggalkan,
Menjadi cerita yang tak lagi dikenangkan.
Hari esok pergi membawa janji,
Tinggal kita yang terdiam dalam sunyi.
Apakah kita salah memahami mimpi?

. Langit yang dulu biru dan berseri,
Kini kelabu, menandakan akhir hari.
Hari esok yang penuh harapan dan warna,
Menghilang dalam senja yang tak bersuara.
Seakan hidup hanya mimpi yang fana.

Kita mengejar, tapi ia selalu menjauh,
Menjadi bayang yang terus memudar jauh.
Hari esok berubah menjadi misteri,
Meninggalkan jejak yang tak dapat dimengerti.
Hati terperangkap dalam kesepian ini.

Tangan kita yang dulu erat menggenggam,
Kini lepas, tak mampu menahan arus malam.
Hari esok menjadi milik angin yang pergi,
Membawa harapan ke tempat yang tak pasti.
Apa yang tersisa selain sunyi?

Kita mendaki gunung impian bersama,
Namun puncak itu lenyap tanpa sisa.
Hari esok menjadi jurang yang menganga,
Mengubur mimpi dalam gelap yang fana.
Haruskah kita menyerah pada kecewa?

Harapan yang dulu bercahaya terang,
Kini redup seperti lilin yang hampir padam.
Hari esok yang dulu kita yakini,
Hilang bersama waktu yang tak peduli.
Apakah mimpi ini terlalu tinggi?

Namun dari gelap ada cahaya kecil,
Mengingatkan kita untuk tetap gigih dan tekun.
Hari esok mungkin berlalu dan hilang,
Namun harapan baru selalu menanti di depan.
Hati kita kembali bersinar, perlahan terang.

 Dari reruntuhan mimpi yang telah sirna,
Kita bangun istana harapan yang lebih nyata.
Hari esok yang pergi, tak akan jadi duka,
Karena setiap akhir adalah awal cerita.
Kita melangkah dengan hati yang membara.

Masa lalu mengajarkan luka dan pelajaran,
Hari esok yang hilang memberi kekuatan.
Kita belajar dari waktu yang berlalu,
Menemukan jalan baru dalam pelukan syahdu.
Hidup terus berjalan meski kadang pilu.

Dari bayang masa depan yang telah berlalu,
Kita temukan arah untuk terus maju.
Hari esok tak perlu ditangisi lagi,
Karena harapan akan tumbuh setiap pagi.
Mari sambut cahaya dengan hati berani.

Hari esok adalah perjalanan tak berujung,
Meski satu hilang, yang lain datang beruntung.
Setiap mimpi yang terjatuh di jalan,
Akan menjadi benih untuk harapan yang bertahan.
Mari terus berjalan, tak peduli rintangan.

Kita adalah pelaut di samudra waktu,
Mencari hari esok meski badai membisu.
Hari esok yang telah pergi takkan kembali,
Namun kita percaya ada esok yang lebih berarti.
Hati kita tegar, menanti hari yang sejati.

 Kenangan tentang hari esok yang sirna,
Menjadi pelita di tengah gulita.
Hari esok mungkin tak seperti yang diinginkan,
Namun ia mengajarkan kita tentang ketabahan.
Kita berdiri, melawan segala kehilangan.

Hari esok yang telah berlalu adalah guru,
Mengajarkan bahwa hidup tak pernah kaku.
Setiap kehilangan membuka jalan yang baru,
Memberi arti pada harapan yang tak pernah jemu.
Mari melangkah, menuju hari esok yang syahdu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun