Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hari Esok yang Telah Berlalu

19 Desember 2024   22:17 Diperbarui: 21 Desember 2024   20:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi senja (dibuat memakai DALL-E Open AI)

Kita mendaki gunung impian bersama,
Namun puncak itu lenyap tanpa sisa.
Hari esok menjadi jurang yang menganga,
Mengubur mimpi dalam gelap yang fana.
Haruskah kita menyerah pada kecewa?

Harapan yang dulu bercahaya terang,
Kini redup seperti lilin yang hampir padam.
Hari esok yang dulu kita yakini,
Hilang bersama waktu yang tak peduli.
Apakah mimpi ini terlalu tinggi?

Namun dari gelap ada cahaya kecil,
Mengingatkan kita untuk tetap gigih dan tekun.
Hari esok mungkin berlalu dan hilang,
Namun harapan baru selalu menanti di depan.
Hati kita kembali bersinar, perlahan terang.

 Dari reruntuhan mimpi yang telah sirna,
Kita bangun istana harapan yang lebih nyata.
Hari esok yang pergi, tak akan jadi duka,
Karena setiap akhir adalah awal cerita.
Kita melangkah dengan hati yang membara.

Masa lalu mengajarkan luka dan pelajaran,
Hari esok yang hilang memberi kekuatan.
Kita belajar dari waktu yang berlalu,
Menemukan jalan baru dalam pelukan syahdu.
Hidup terus berjalan meski kadang pilu.

Dari bayang masa depan yang telah berlalu,
Kita temukan arah untuk terus maju.
Hari esok tak perlu ditangisi lagi,
Karena harapan akan tumbuh setiap pagi.
Mari sambut cahaya dengan hati berani.

Hari esok adalah perjalanan tak berujung,
Meski satu hilang, yang lain datang beruntung.
Setiap mimpi yang terjatuh di jalan,
Akan menjadi benih untuk harapan yang bertahan.
Mari terus berjalan, tak peduli rintangan.

Kita adalah pelaut di samudra waktu,
Mencari hari esok meski badai membisu.
Hari esok yang telah pergi takkan kembali,
Namun kita percaya ada esok yang lebih berarti.
Hati kita tegar, menanti hari yang sejati.

 Kenangan tentang hari esok yang sirna,
Menjadi pelita di tengah gulita.
Hari esok mungkin tak seperti yang diinginkan,
Namun ia mengajarkan kita tentang ketabahan.
Kita berdiri, melawan segala kehilangan.

Hari esok yang telah berlalu adalah guru,
Mengajarkan bahwa hidup tak pernah kaku.
Setiap kehilangan membuka jalan yang baru,
Memberi arti pada harapan yang tak pernah jemu.
Mari melangkah, menuju hari esok yang syahdu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun