Melalui cerita, anak dapat belajar memahami perasaan dan sudut pandang orang lain. Sebuah studi dari Journal of Developmental Psychology menunjukkan bahwa membaca sastra meningkatkan kemampuan anak untuk berempati. Cerita seperti Anne of Green Gables mengajarkan anak tentang pentingnya menerima perbedaan dan menghargai orang lain.
5. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Anak yang membaca karya sastra terbiasa menganalisis alur cerita, memahami motivasi tokoh, dan mengevaluasi konflik. Contohnya, membaca cerita detektif seperti Sherlock Holmes bisa melatih anak berpikir logis dan memecahkan masalah.
Tantangan Menumbuhkan Literasi Sastra pada Anak
1. Kurangnya Minat Baca pada Anak
Hasil survei Perpustakaan Nasional RI pada 2023 menunjukkan bahwa 55% anak di Indonesia lebih suka menghabiskan waktu dengan gadget dibandingkan membaca buku. Ini menjadi tantangan besar bagi orang tua dan pendidik.
2. Akses Terbatas pada Buku Berkualitas
Di daerah pedesaan atau terpencil, akses anak-anak terhadap buku sastra berkualitas masih sangat minim. Program seperti "Gerakan Indonesia Membaca" dari pemerintah belum sepenuhnya menjangkau wilayah-wilayah ini.
3. Pengaruh Teknologi dan Media Digital
Gadget sering menjadi pesaing utama buku. Anak-anak lebih tertarik pada konten visual di YouTube atau game interaktif dibandingkan membaca cerita. Menurut sebuah laporan dari Common Sense Media, anak usia 8-12 tahun menghabiskan rata-rata 4,5 jam sehari di depan layar.
4. Minimnya Dukungan dari Lingkungan Keluarga
Orang tua yang tidak terbiasa membaca sering kali tidak mampu menularkan kebiasaan tersebut kepada anak. Padahal, contoh dari orang tua adalah faktor penting dalam membangun budaya literasi di rumah.