Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Mimpi Sering Menjadi "Korban Eksploitasi" dalam Puisi?

15 Desember 2024   13:15 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surrealisme menjadikan mimpi sebagai pusat dari pencarian makna hidup yang lebih dalam. Mimpi, dalam aliran ini, bukan sekadar pelarian dari kenyataan, tetapi juga jalan menuju pemahaman lebih jauh tentang dunia bawah sadar. Mimpi adalah ruang tanpa batas di mana logika dan rasionalitas tidak lagi berlaku, memungkinkan penyair untuk mengeksplorasi dimensi lain dari pikiran manusia.

Puisi André Breton dan Federico García Lorca, misalnya, sangat dipengaruhi oleh konsep mimpi dalam surrealisme, di mana mimpi bukan hanya simbol kebebasan, tetapi juga ruang bagi kekuatan bawah sadar untuk berbicara. Dalam puisi Lorca, "Sleepwalking Ballad", mimpi diwakili dengan gambaran dunia yang surreal dan penuh ambiguitas: "Green, how I want you green.
Green wind. Green branches."

6. Mimpi dan Kritik Sosial dalam Puisi Modern

Selain sebagai simbol pribadi, mimpi juga digunakan oleh penyair modern sebagai kritik sosial. Mimpi dalam puisi sering kali digunakan untuk menggambarkan ketimpangan sosial dan keinginan untuk perubahan, seperti halnya mimpi tentang kemerdekaan, keadilan, atau perdamaian.

Sebagai contoh, dalam puisi Taufiq Ismail, mimpi sering menggambarkan kondisi sosial-politik yang penuh ketidakadilan: "Mimpikanlah, wahai anak-anak muda, tentang Indonesia yang terbebas dari derita.
Bangunlah dari tidur panjang, untuk masa depan yang cemerlang."

7. Mimpi sebagai Simbol Harapan Kolektif

Mimpi dalam puisi sering kali melampaui batas individu dan mencerminkan harapan kolektif suatu bangsa atau masyarakat. Penyair menggunakan mimpi untuk menggambarkan aspirasi bersama tentang masa depan yang lebih baik, terutama dalam konteks perjuangan sosial atau politik.

Mimpi tentang kebebasan, kemerdekaan, atau kesejahteraan sering kali menjadi tema sentral dalam puisi-puisi perjuangan, seperti yang terlihat dalam karya-karya Pablo Neruda atau penyair Indonesia seperti W.S. Rendra dan Amir Hamzah, yang menggunakan mimpi untuk menggambarkan harapan mereka terhadap masa depan yang lebih adil dan makmur.

8. Mimpi Sebagai Portal ke Dunia Lain

Dalam mimpi, segala hal yang tidak mungkin dalam dunia nyata menjadi nyata. Penyair memanfaatkan sifat mimpi yang surreal ini untuk menciptakan imaji-imaji yang liar dan menantang batas logika. Hal ini membuat puisi dengan tema mimpi sering terasa ajaib dan menggugah.

Contohnya dalam puisi Rainer Maria Rilke yang berjudul "Autumn Day", mimpi seolah menjadi gerbang untuk memahami perubahan hidup:
"Whoever has no house now will never build one.
Whoever is alone will stay alone,
will sit, read, write long letters through the evening,
and wander the boulevards, up and down,
restlessly, while the dry leaves are blowing."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun