Jangan tawan hatiku,
Dengan senyum yang begitu manis,
Yang membuatku terperangkap dalam pesona,
Seperti malam yang terjaga dalam keheningan,
Bergumul dalam ketidakpastian.
Jangan tawan hatiku,
Dengan tatapan yang penuh misteri,
Yang membuatku tenggelam dalam kebingungan,
Berlayar di samudra tanpa arah,
Menanti secercah terang yang tak kunjung datang.
Jangan tawan hatiku,
Dengan janji-janji yang terucap ringan,
Seperti angin yang berhembus sebentar,
Menyisakan kesedihan setelahnya,
Yang harus kubawa sepanjang waktu.
Jangan tawan hatiku,
Dengan keindahan yang membutakan,
Yang membuatku lupa bahwa dunia tak selalu indah,
Dan hatiku mungkin akan hancur,
Ditinggalkan dalam kegelapan.
Jangan tawan hatiku,
Dengan kekuatan yang kau punya,
Yang bisa membuatku tak berdaya,
Mengikuti langkahmu tanpa ragu,
Namun kehilangan jejak diri sendiri.
Jangan ikat hatiku,
Dengan kata-kata yang penuh makna,
Yang membuatku bertanya-tanya,
Apakah itu hanya sebuah permainan,
Ataukah kau sungguh ingin berjanji?
Jangan ikat hatiku,
Dengan kehangatan yang hanya sementara,
Yang datang dan pergi tanpa sebab,
Meninggalkan aku terhenti,
Dalam kebingungan yang semakin dalam.
Jangan ikat hatiku,
Dengan jalinan kasih yang rapuh,
Yang bisa terputus seketika,
Meninggalkan luka yang tak pernah sembuh,
Seperti bekas sayatan di kulit hati.
Jangan ikat hatiku,
Dengan kedamaian yang hanya dusta,
Yang membuatku percaya segala bisa indah,
Namun ternyata hanya sebuah bayangan,
Yang tak mampu menyentuh kenyataan.
Jangan ikat hatiku,
Dengan harapan yang tak pasti,
Yang datang seperti hujan di musim kemarau,
Menyejukkan sementara,
Namun mengering saat mentari kembali.
Jangan rantai hatiku,
Dengan kenangan yang terus membayangi,
Yang membuatku tak bisa melangkah maju,
Tersangkut pada masa lalu,
Yang tak pernah bisa aku lepaskan.
Jangan rantai hatiku,
Dengan rasa takut yang selalu mengintai,
Yang membuatku menutup diri,
Tak berani menghadapimu,
Karena takut akan kehilangan semuanya.
Jangan rantai hatiku,
Dengan beban yang terlalu berat,
Yang membuatku terhimpit,
Tersisih dalam diam,
Menunggu jalan keluar yang tak kunjung ada.
Jangan rantai hatiku,
Dengan kehadiran yang penuh harap,
Yang aku tak tahu apakah bisa bertahan,
Ataukah aku akan tersungkur,
Karena rasa yang tak pernah bisa kupegang.
Jangan rantai hatiku,
Dengan rayuan yang memabukkan,
Membuatku kehilangan arah,
Mencari jalan pulang yang tak ada,
Sampai akhirnya aku terlupakan.
Jangan rantai hatiku,
Dengan ketidakpastian yang kau bawa,
Yang membuatku bingung dan ragu,
Apakah masih ada tempat untukku,
Di dunia yang kerap meninggalkan.
Jangan rantai hatiku,
Dengan kebohongan yang menutupi segalanya,
Yang membuatku meragukan kebenaran,
Apakah aku hanya salah paham,
Ataukah hatiku yang sedang dihancurkan?
Jangan siksa hatiku,
Dengan kata-kata yang menusuk kalbu,
Yang membuatku merasa tak berharga,
Tersisih dalam kesedihan,
Tanpa mampu mengubah apapun.
Jangan siksa hatiku,
Dengan ketidakhadiran yang menyesakkan,
Yang membuatku merasa sepi,
Seperti dunia berhenti berputar,
Meninggalkan aku di tengah keheningan.
Jangan siksa hatiku,
Dengan harapan yang tak pernah tercapai,
Yang membuatku merasa kosong,
Mencari sesuatu yang hilang,
Tanpa tahu apa yang sebenarnya kuinginkan.
Jangan siksa hatiku,
Dengan perasaan yang tak pernah jelas,
Yang membuatku tak bisa memutuskan,
Apakah ini cinta atau luka,
Yang selalu menggantung dalam hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H