Di hamparan pagi yang memudar sinarnya,
Langkah terjejak mengejar angannya.
Detik berdetak, tak pernah diam,
Mengusung harap di derasnya malam.
Waktu berlalu, tak kenal simpati,
Mengiris harapan dengan bayang tragedi.
Namun jiwa tak rela tunduk menyerah,
Bertarung gigih, hingga napas bersejarah.
Langit jingga menjadi saksi bisu,
Perjuangan jiwa melawan lesu.
Dalam peluh ada harapan tersisa,
Melawan waktu, demi cita yang terasa.
Waktu bukan musuh, hanya pengingat,
Bahwa hidup tak selamanya hangat.
Maka kuisi setiap detik dengan makna,
Menolak kalah, melangkah bersama asa.
Hari bergulir dalam putaran tak usai,
Namun tekad mengakar, takkan ternodai.
Meski tubuh lelah, jiwa tetap membara,
Menggapai mimpi yang menggema di udara.
Jam berdetak, bagai genderang perang,
Kuabaikan ragu yang terus mengerang.
Dalam sunyi, kudengar suara hati,
"Bertahanlah, jangan pernah berhenti."
Setiap pagi adalah medan tempur baru,
Dengan harapan sebagai tameng dan peluru.
Di tengah badai waktu yang menderu,
Kujaga langkah, takkan pernah layu.
Bintang pun berguguran di malam sunyi,
Namun jiwa tetap kokoh berdiri.
Meski waktu menyusup dalam mimpi,
Kebenaran hati tak pernah mati.
Melawan waktu bukan soal menang,
Tapi merangkai kisah yang akan dikenang.
Maka kutulis cerita dengan tinta harap,
Dalam lembaran hidup yang terus merapat.
Saat akhirnya aku mencapai ujung jalan,
Waktu tersenyum, bukan sebagai lawan.
Dia mengangguk, seakan berkata lirih,
"Kau telah menang, hidupmu takkan letih."
Namun waktu terus berputar menggila,
Mencipta teka-teki yang tiada habisnya.
Aku menjawab dengan langkah percaya,
Tak gentar meski dunia runtuh di sana.
Rintik hujan membawa pesan rahasia,
Bahwa hidup adalah sekeping teka-teki maya.
Kugenggam harapan dengan jemari luka,
Menyulam arti di antara resah yang ada.
Mentari pagi mengintip di ufuk nan jauh,
Mengingatkanku bahwa hidup takkan jenuh.
Selama nafas tersisa, perjuangan tak runtuh,
Menggapai mimpi walau jalan penuh keluh.
Jika waktuku habis, hanya satu yang kupinta,
Agar hidup ini bermakna dan berdaya.
Setiap detik adalah syair yang tercipta,
Hingga abadi dalam ingatan semesta.
Dan di ujung malam, saat dunia terdiam,
Kusadar waktu bukanlah sebuah kejam.
Dia teman setia, meski tak selalu tenang,
Mengingatkanku untuk terus berjuang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H