Di ujung langkah, kutatap bayang,
Lalu hening menjemput angan,
Dari mana aku berasal,
Kembalilah ke jalanku yang fana.
Jejak kaki di atas tanah,
Menyimpan cerita lama,
Akar dan daun saling bersahut,
Rahasia alam tiada berubah.
Laut biru memeluk senja,
Riak ombak bercerita,
Tentang rindu yang tak berujung,
Kembali pada sang waktu semula.
Bumi basah merindu hujan,
Embun menetes di kelopak daunnya,
Hatiku pun kian memahami,
Asal adalah tempat yang sederhana.
Kembalilah pada jantungmu,
Di mana asa pertama bersemi,
Rindu adalah penunjuk jalan,
Kembali pada awal yang sunyi.
Rumput bergoyang bersama angin,
Nada semilir dalam perjalanan,
Seperti langkah yang tak berbekas,
Namun hati terus mengingat.
Kembali ke pangkuan petang,
Langit berubah warna keemasan,
Ada ketenangan yang kutemui,
Dalam senyum senja yang redup.
Kembali ke asal, di mana laut,
Melambai dalam kebebasan,
Kudengar suara dari kedalaman,
Bisikan tentang diriku yang lama.
Ada sejarah yang tertulis,
Di pasir dan bintang-bintang,
Kembali kutata bagian diriku,
Yang sering menghilang tanpa arah.
Kembali pada tempat pertama,
Di mana langkah dimulai,
Melewati waktu yang tak bertepi,
Menyentuh tanah dan jantung bumi.
Kembali ke arah yang sunyi,
Di bawah cahaya rembulan,
Kita belajar menerima,
Kembali ke asal, rumah kita.
Asal bukan tempat untuk pergi,
Tapi titik di mana aku dan kamu,
Menjadi diri kita yang utuh,
Tanpa beban, tanpa pertanyaan.
Kembalilah, saat nafas mulai berkurang,
Ke tempat asal dari segala hal,
Di sana kita menemukan kedamaian,
Dalam kesederhanaan dan kerinduan.
Kembali ke asal adalah rumah,
Di mana air dan angin berbaur,
Kita melangkah tanpa perlu kata,
Hanya mengerti dari dalam jiwa.
Kembali ke asal adalah jawaban,
Di setiap gelisah yang tak berakhir,
Menerima, merelakan, dan mencintai,
Dari mana semua ini dimulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H