Di tengah sunyi, kau berdiri tegar,
Menjaga waktu dalam akar yang sabar,
Daun-daunmu memeluk langit biru,
Saksi abadi jejak langkah yang berlalu.
Akar-akar menjalar ke dasar bumi,
Mengukir sejarah dalam hening dan sunyi,
Kau, beringin tua, penjaga masa,
Merangkul waktu dengan jiwa yang setia.
Ranting-rantingmu menyentuh angkasa,
Seperti doa yang tak lekang dimasa,
Di bawahmu, cerita-cerita terukir,
Tentang manusia yang datang dan pergi mengalir.
Kau tahu rahasia siang dan malam,
Tentang harapan yang tertanam dalam,
Namun waktu terus berlari jauh,
Meninggalkan kenangan yang kian rapuh.
Kau, penjaga waktu, saksi sejarah,
Melihat zaman berganti dengan gelisah,
Dari perang hingga damai yang semu,
Semua terekam dalam batangmu
Oh, beringin tua, simbol keabadian,
Menjaga tanah dari kehampaan,
Namun kini, dunia tak lagi peduli,
Pada penjaga waktu yang setia berdiri.
Hembusan angin membawa pesan pilu,
Tentang alam yang perlahan membisu,
Beringin tua, kau saksi sunyi,
Melihat manusia lupa pada janji.
Di bawah rindangmu, mimpi terjalin,
Namun kini hanya kesepian yang terpaut di dahan,
Daun-daun gugur, akar teriris,
Waktu melumat segalanya dengan tangis.
Kau, penjaga waktu, tetap setia,
Meski dunia kian penuh luka,
Manusia berlalu, melupa akar,
Namun kau berdiri, menahan sabar.
Dalam diammu ada kekuatan,
Menjaga bumi dari kehancuran,
Namun apa daya, tangan manusia,
Merobek tanahmu tanpa rasa.
Kau beringin tua, saksi sejarah,
Mengabadikan jejak dengan sabar dan pasrah,
Setiap helai daunmu menyimpan kisah,
Tentang dunia yang terus berubah arah.
Elegi ini adalah doa bagi dirimu,
Yang tetap memeluk bumi yang pilu,
Beringin tua, penjaga waktu,
Semoga kau tak pernah jatuh membisu.
 Kau tahu rahasia hujan dan angin,
Menyimpan kenangan dalam akar yang dingin,
Namun manusia tak lagi mengerti,
Menghancurkan tanah, meninggalkan janji.
Dalam bayangmu, ada keheningan,
Simbol keteguhan dan keabadian,
Namun kini, siapa yang peduli?
Kau berdiri sendiri, menjaga bumi.
Penjaga waktu, kau terus bertahan,
Meski dunia penuh kehancuran,
Akar-akar itu tetap memeluk,
Tanah yang retak dalam waktu yang gelap.
 Oh, beringin tua, penjaga yang sunyi,
Dalam diammu ada hikmah yang tersembunyi,
Tentang perjalanan yang harus diterima,
Meski dunia semakin terluka.
 Waktu berlalu, namun kau tetap tegak,
Menjadi saksi kisah yang berjejak,
Namun dunia melupakan keberadaanmu,
Hanya menatap ke depan tanpa mengenalmu.
Kau adalah simbol kebijaksanaan,
Tentang hidup yang penuh kesabaran,
Namun rantingmu kini hanya menyentuh luka,
Di bumi yang kehilangan cinta.
Beringin tua, penjaga waktu yang setia,
Mengajarkan arti hidup yang tak sia-sia,
Namun siapa yang mendengar kisahmu?
Manusia sibuk mengejar masa depannya semu.
Di akhir bait, kau tetap berdiri,
Melawan waktu yang tak pernah berhenti,
Beringin tua, penjaga yang abadi,
Semoga dunia mengingatmu kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H