Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hanya Bisa Terbungkam

8 Desember 2024   17:33 Diperbarui: 8 Desember 2024   17:34 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibungkan Stok Foto (Depositephotos)

Hanya Bisa Terbungkam

Di bawah langit kelabu tanpa harapan,
Mereka berjalan dengan sepatu yang robek.
Hidup bergelut di tanah yang tak ramah,
Mimpi sirna ditelan debu setiap hari.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Jari mereka keras seperti batu yang patah,
Menyambung nafkah dengan tulang dan keringat.
Jerit dalam hati tak pernah terdengar,
Karena suara mereka dibungkam oleh waktu.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Tembok rumah kecil dari bambu rapuh,
Menyimpan cerita kesedihan semalam suntuk.
Anak-anak bermain dengan tawa yang pucat,
Tak tahu bagaimana dunia berputar.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Kaki yang tak pernah lelah berjalan,
Melintasi jalanan tanpa tujuan.
Bekerja di ladang hingga senja menjelma,
Buruh yang tak pernah lepas dari kemiskinan.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Di ruang gelap tanpa listrik dan kaca,
Lampu minyak menjadi penghibur yang redup.
Ada harapan, namun tak pernah sampai,
Hanya memeluk luka yang tak pernah sembuh.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Pasar kecil tempat mereka berjuang,
Memanggil untung dengan dagangan seadanya.
Menyapa orang yang berlalu tanpa pandang,
Rezeki sejumput tak pernah berarti banyak.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Lalu di malam yang penuh kerinduan,
Lagu pengamen bergema di sudut kota.
Kisah mereka yang lelah dan tak dianggap,
Disimpan di balik senyum yang tampak ramah.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Ketika pejabat berpakaian mewah,
Berpesta di ruang yang penuh kemegahan,
Mereka hanya melihat dari kejauhan,
Kisah kelaparan tanpa bisa bersuara.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Pagi hari mereka bangun tanpa keluhan,
Menyambut hari yang sama seperti kemarin.
Hidup ini seperti lingkaran yang tak pernah berakhir,
Mimpi dan kenyataan selalu bertabrakan.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

Akal mereka sering diuji oleh harapan,
Namun pilihan sering berakhir di jalan buntu.
Berjuang dengan tangan kosong di lembah sempit,
Hanya untuk bertahan hingga senja menjelang.
Tak ada pilihan lain, hanya bisa terbungkam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun