Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Karam di Pantai Harapan (Oleh: Rudi Sinaba)

8 Desember 2024   06:52 Diperbarui: 8 Desember 2024   08:59 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perahu Karam, koleksi pribadi Rudi Sinaba (dibuat memakai DALL-E OpenAI)

Karam di Pantai Harapan

Di ujung malam kulihat bintang,
Sinarnya jauh, redup menantang.
Aku berlayar di samudra luas,
Membawa harap, mimpi yang tegas.

Riak kecil membawa tenang,
Ombak besar mulai menyerang.
Jiwa terhempas di badai keras,
Namun tekad tak pernah lepas.

Di depan mata tampaklah pantai,
Seakan memanggil penuh damai.
Langit jingga berjanji manis,
Namun badai hadir tanpa permisi.

Layarku koyak, dayungku patah,
Anganku karam di tengah pasrah.
Hanya setapak ke tepian sana,
Namun ombak melumat semua.

Pantai harapan yang dulu cerah,
Kini membiru dalam resah.
Janji-janji yang membakar jiwa,
Hanya serpih yang tinggal tersisa.

Kujangkau pasir dalam angan,
Namun jarak kian memisahkan.
Tanganku meraih, hatiku goyah,
Tertinggal lelah, hanya gelisah.

Mengapa dekat terasa jauh,
Seperti mimpi yang rapuh?
Harapan tenggelam dalam air,
Menjadi bayang dalam takdir.

Tapi laut tak pernah bohong,
Dia ajarkan arti dari kosong.
Bahwa hidup adalah pelayaran,
Kadang terdampar, kadang bertahan.

Karam di pantai bukanlah akhir,
Hanya jeda sebelum lahir.
Seorang pelaut dengan tekad baru,
Mengarungi takdir yang tak pernah jemu.

Meskipun harapan kini sirna,
Aku bangkit dari gelombang hina.
Laut ini adalah guru sejati,
Mengajarkan arti tentang berani.

Dan jika esok datang gelap,
Aku akan menyalakan lilin harap.
Sebab karam adalah bagian jalan,
Menuju pelabuhan yang lebih nyaman.

Harapan bukan hanya dermaga,
Ia hidup dalam jiwa yang percaya.
Meski terhempas berkali-kali,
Semangatku takkan pernah mati.

Badai mengajarkanku bertahan,
Gelombang memberi kekuatan.
Meski karam di pantai mimpi,
Ku sadar, pelaut tak boleh berhenti.

Setiap hempasan membawa arti,
Bahwa hidup tak selamanya pasti.
Kadang jatuh, kadang tegak,
Namun tekad selalu menjulang.

Pantai harapan memang jauh,
Tapi asa tak boleh rapuh.
Di balik malam ada mentari,
Di balik luka ada suka dan janji suci.

Aku akan membangun perahu baru,
Dari serpihan duka yang mengganggu.
Dengan layar harapan yang lebih teguh,
Aku berlayar, mengejar arah yang tak pernah lusuh.

Karam ini hanya sebuah cerita,
Bagian dari perjalanan cita dan cinta.
Pada dunia dan pada mimpi,
Yang takkan redup meski badai menanti.

Esok, pantai akan kulihat lagi,
Dengan hati yang lebih berani.
Dan jika harus karam sekali lagi,
Aku tahu, itu bagian dari perjalanan ini.

Karena pantai harapan bukanlah akhir,
Ia adalah awal yang terus mengalir.
Di sana, aku akan berdiri suatu hari,
Dengan jiwa yang tak pernah mati.

Laut akan menjadi saksi abadi,
Bahwa aku telah mengarungi mimpi.
Meski karam berkali-kali,
Aku adalah pelaut yang takkan berhenti.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun