Binatang langka berburu perlindungan,
Namun senjata tajam menjadi ujian,
Rantai ekosistem rusak, manusia pun kehilangan keseimbangan,
Maka menangislah langit.
Gunung es di kutub mulai mencair,
Panas bumi terus melahirkan getir,
Pulau tenggelam, rumah manusia terkubur air,
Maka menangislah langit.
Lahan-lahan hijau berubah beton,
Ego manusia mencakar horizon,
Kebanjiran datang, rumah-rumah hanyut tak berkesan,
Maka menangislah langit.
Kearifan lokal terkubur modernitas,
Budaya asli dipinggirkan oleh status,
Manusia kehilangan identitas, hidup dalam kegelisahan yang tuntas,
Maka menangislah langit.
Janji menjaga bumi tak lagi ditepati,
Manusia lebih memilih rakus tak berbagi,
Generasi mendatang mewarisi tanah gersang yang mati,
Maka menangislah langit.
Dosa-dosa manusia terus bertumpuk,
Alam yang suci terus mereka rusak,
Bencana alam menjadi tamu tak diundang yang terus terburuk,
Maka menangislah langit.
Langit murka, bumi menggeliat,
Tsunami, gempa, badai mendekat,
Manusia kehilangan harapan, hidup terseret dalam sesal yang pekat,
Maka menangislah langit.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI