Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Alamat Jln. Tj, Jepara No.22 Kota Luwuk Kab. Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haruskah Kita Sombong dengan Jabatan (Oleh Rudi Sinaba)

7 Desember 2024   12:49 Diperbarui: 7 Desember 2024   13:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pejabat Tingkat Atas (Depositphotos)

Pendahuluan

Kesombongan dapat didefinisikan sebagai sikap atau perilaku yang menunjukkan rasa bangga berlebihan terhadap diri sendiri, yang sering kali disertai dengan merendahkan orang lain atau menganggap diri lebih unggul dalam hal tertentu, seperti harta, jabatan, kecerdasan, atau status sosial.

Kesombongan adalah ekspresi ego yang tidak seimbang, di mana seseorang lupa bahwa apa yang dimilikinya bukanlah hasil upayanya semata, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti dukungan lingkungan, keberuntungan, atau bahkan takdir.

Jabatan sering kali memberikan kewenangan dan kontrol atas orang lain. Ketika seseorang memiliki kekuasaan dalam jabatan tertentu, ia bisa mulai merasa superior dan memandang dirinya lebih penting dibandingkan orang lain.

Jabatan sering kali membawa keuntungan materi, seperti gaji tinggi, akses kepada fasilitas eksklusif, atau peluang yang tidak dimiliki banyak orang. Ketergantungan pada keuntungan ini bisa menumbuhkan sikap merasa lebih tinggi atau berbeda dari orang lain.

Jabatan sering kali memberikan kewenangan dan kontrol atas orang lain. Ketika seseorang memiliki kekuasaan dalam jabatan tertentu, ia bisa mulai merasa superior dan memandang dirinya lebih penting dibandingkan orang lain. sering kali dianggap sebagai puncak pencapaian seseorang, namun apa makna sejatinya? 

Dalam hiruk-pikuk dunia modern, jabatan kerap menjadi simbol prestise, kekuasaan, dan kebanggaan diri. Tidak sedikit yang lupa bahwa jabatan sebenarnya adalah amanah, sebuah tanggung jawab yang membawa konsekuensi besar.

 Jabatan bukanlah untuk dielu-elukan, tetapi untuk dijalani dengan kerendahan hati dan pengabdian. Artikel ini bertujuan menggugah kesadaran, membuka wawasan, dan mengajak setiap pembaca, khususnya mereka yang memegang jabatan, untuk memahami arti sejati dari peran tersebut. Dengan memandang jabatan sebagai sebuah amanah yang dilandasi etika, agama, dan filosofi, kita dapat mengembalikan maknanya sebagai sarana melayani masyarakat.

Jabatan dalam Perspektif Filosofis

Secara filosofis, jabatan tidak hanya sekadar posisi atau pangkat, melainkan perwujudan tanggung jawab sosial dan moral. Plato dalam karyanya The Republic menekankan bahwa pemimpin adalah "penjaga moral masyarakat" yang bertugas menciptakan keadilan. Aristoteles menambahkan bahwa pemimpin harus memiliki virtue atau kebajikan, yakni karakter unggul yang membuatnya mampu menempatkan kepentingan publik di atas ambisi pribadi.

Di sisi lain, filsuf modern seperti Jean-Paul Sartre mengingatkan bahwa jabatan mengandung kebebasan yang disertai tanggung jawab. Artinya, seseorang yang menduduki jabatan memiliki kebebasan untuk bertindak, tetapi harus siap menanggung akibat dari setiap keputusannya. Kesombongan dalam jabatan, seperti yang sering terlihat, adalah bentuk pelarian dari tanggung jawab itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun