Ingat, di atas langit masih ada langit,
Takhta tinggi hanyalah semu pelangi,
Saat kau menganggap rendah insani,
Kehormatanmu berujung tragedi.
Ingat, tidak selamanya angin berpihak,
Kesombongan merajut tali pematah,
Saat kau melangkah di atas luka,
Dunia berputar, tak ada yang abadi jua.
Ingat, hidup ini tak lebih dari persinggahan,
Kemegahan fana hanyalah ujian,
Ketika kau lupa arti kerendahan hati,
Kebesaranmu berubah jadi duri di hati.
Ingat, tangan yang kau gunakan menekan,
Bisa menjadi pengikat jerat kesalahan,
Semakin tinggi pohon kau daki,
Semakin kencang angin menghantam diri.
Ingat, kemuliaan tak datang dari angkuh,
Bukan dari kata-kata menusuk tubuh,
Saat kau lupa bahwa semua setara,
Kau sendiri yang menghapus cahaya.
Ingat, langit biru bisa menjadi badai,
Ketika hati menumpuk bangkai,
Kesombonganmu menjadi duri,
Melukai diri, merobek nurani.
Ingat, manusia hidup untuk berbagi,
Bukan menindas demi ambisi,
Saat kau melangkah di jalan bengkok,
Mimpimu runtuh menjadi debu rapuh.
Ingat, roda waktu terus berputar,
Siang dan malam saling bergulir,
Ketika kau lupa pada akar nurani,
Langit kehormatanmu kelam menyelimuti.
Ingat, suara rendah bisa menggema,
Mengguncang tahtamu yang terbuat dari cela,
Saat orang-orang kau pandang hina,
Kehormatanmu hanya bayangan fana.
Ingat, setiap langkah ada bayangan,
Karma menanti dalam kesunyian,
Kesombonganmu menjadi penjara,
Mengurung jiwa dalam neraka fana.